Setelah adanya kristal yang muncul didahi dan Sheryl tinggal bersama Dika, hidup Dika pun berubah. Ternyata Sheryl termasuk anak yang periang, menyenangkan dan terkadang jahil juga pemarah, dan Dika pun harus ekstra hati-hati menghadapi anak satu ini. Seperti ketika suatu pagi ketika Dika baru membukakan matanya tiba-tiba dihadapannya muncul wajah Sheryl yang menyeramkan, kontan saja Dika terkejut dan teriak sekeras-kerasnya membuat ibu Dika bergegas ke kamarnya. “astagfirullah Dika, kamu ini kenapa teriak-teriak pagi-pagi begini “ ucap ibu Dika dengan kaget sambil menghampiri Dika dan menempelkan tangan ibunya ke arah dahi Dika untuk memastikan anaknya tidak sakit. Lalu Dika hanya terdiam dan garuk-garuk kepala bingung menjelaskannya kepada ibunya. “ emmmm, enggak mah tadi Dika kaget saja tiba-tiba ada kecoa nempel di kaki Dika....hehehe “ ucap Dika. “ haduh kamu ini selalu saja buat ibu sama ayah kaget, kalau kami jantungan bagaimana ? “ ucap ibu Dika sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anaknya itu. “ kecoanya mana Dika ? makanya kalau punya kamar itu harus dirapikan sendiri biar tidak ada kecoa begitu “ lanjut ibu Dika menasehati. “emmmh kemana ya tuh kecoa ya mah, tadi ada di kaki Dika, mungkin sudah terbang kali “ Dika berusaha meyakinkan pada ibunya kalau tadi ada kecoa, dan Sheryl hanya tertawa puas di bagian pojok lemari karena dia berhasil membuat Dika ketakutan lagi dan dimarahi ibu Dika. Dika melihat ke arah Sheril dengan tatapan yang tajam dan berkata dalam hati “ awass ya Sheryl, aku balas kau “ ancam Dika dan Sheryl pun mengeluarkan lidahnya sambil tangan kanannya yang kecil menarik mata sebelah kiri ke arah bawah untuk mengejek Dika dan tangan kirinya memegang boneka beruang kecil. “ ya sudah sekarang kamu shalat shubuh dulu kemudian mandi, ibu mau menyiapkan sarapan untuk kamu dan ayah “ ucap ibu Dika memberi perintah sambil mengusap-usap rambut anaknya itu, dan beranjak pergi meninggalkan Dika. Lalu Dika teringat ketika ibunya tadi memegang dahi Dika seperti tidak merasakan apapun didahinya, kemudian Dika meraba kembali dahinya itu, dan tidak merasakan lagi kristal itu, “ Sheryl sini, aku mau tanya sesuatu “ ucap Dika seraya tangan kanannya memanggil Sheryl untuk mendekat. “ tidak mau, nanti kakak marahi aku, maaf ya ka tadi Sheryl buat kaget kakak, habis aku bangunkan kakak susah sekali “ ucap Sheryl khawatir Dika akan memarahinya. “ sudah sini adikku sayang, kakak sudah maafkan sikap kamu tadi, kakak mau bertanya sesuatu sama kamu “.
Mendengar ucapan Dika itu lalu Sheryl tersenyum senang dan menghampiri
Dika dengan tubuh yang melayang dan duduk disamping Dika. “kakak mau tanya apa
? “ tanya Sheryl sambil memainkan boneka beruang kecil kesayangannya. “kok aneh
ya, tadi kamu lihat kan ibu kakak memegang dahi kakak kan ? apa ibu tidak
menyadari dan melihat ada yang aneh dengan dahi kakak, kristalnya kok tidak
muncul ya “ tanya Dika dengan heran. “ kristal dalam diri kakak hanya akan
keluar dalam keadaan tertentu “ ucap Sheryl menjelaskan, Dika pun menganggukan
kepala tanda mengerti apa yang Sheryl jelaskan. “ ya sudah kalau begitu, awas
ya kalau sekali lagi kamu mengagetkan seperti tadi, kakak tidak akan memafkan
kamu !!! “ ucap Dika dengan tegas dan Sheryl mengangguk pelan dan berkata “ iya
ka, maafkan sheryl “. “ kakak mau shalat shubuh dan mandi ya sekarang “ ucap
Dika beranjak dari tempat tidurnya kemudian keluar kamar untuk mengambil handuk
yang berada di depan kamarnya kemudian bergegas mandi kemudian shalat shubuh.
Setelah shalat shubuh dan berdoa
lalu Dika melihat jam dinding yang terpasang diatas lemari bajunya, waktu sudah
menunjukkan pukul 06.00 WIB, kemudian Dika beranjak bangun dan membereskan
sajadah sehabis shalat dan melihat jadwal pelajaran yang sengaja Dika tempel di
tembok dekat meja belajarnya, lalu mempersiapkan apa saja yang akan dibawa ke
sekolah hari ini. Setelah semuanya rapi dan Dika sudah memakai seragamnya lalu
Dika keluar kamar diikuti oleh Sheryl dari belakang menuju ke meja makan untuk
sarapan bersama ayahnya yang sedari tadi sudah berada di meja makan. Ketika
Dika menengok kebelakang ternyata Sheryl sudah tidak ada di belakang Dika. “
lho Sheryl kemana kok tidak ada, kemana ya itu anak ? “ gumam Dika sambil
matanya berusaha mencari Sheryl “. Lalu ayahnya melihat gelagat aneh anaknya
dan berkata “ Dika, sepertinya kamu sedang mencari sesuatu dibelakang ? “. “
emmm, enggak kok yah, Dika hanya memastikan tidak ada yang tertinggal “ jawab
Dika sambil menghampiri ayahnya dan kemudian duduk dan kemudian sarapan berdua
bersama ayahnya. Tak lama setelah Dika dan ayahnya selesai sarapan lalu mereka
berdua pamit berangkat kepada ibunya Dika. Sepanjang jalan tatapan Dika hanya
tertuju ke depan dengan kosong memikirkan dimana Sheryl sekarang yang tiba-tiba
menghilang begitu. “Dika kamu kenapa ? dari tadi kamu hanya diam membisu
seperti itu, ada yang kamu pikirkan ya ? “ tanya ayahnya menyadarkan Dika dari
lamunannya dan tidak menyadari kalau ayahnya memperhatikan terus Dika dari tadi.
“ ayah ada tidak manusia berteman dengan hantu ? “ tanya Dika tiba-tiba sambil
pandangan matanya tetap kedepan dengan hampa. “ maksud kamu apa Dika ? “ tanya
ayahnya dengan heran. “ehhhh eng...enggak kok yah,hehe... “ tepis Dika yang
tidak menyadari kalau ucapannya tidak sadar keluar begitu saja keluar dari
mulutnya. “ haduh untung saja aku keburu sadar, kalau tidak bisa-bisa aku
disangka berhalusinasi lagi oleh ayah “ gumam Dika ketika melihat raut ayahnya
semakin bingung tidak mengerti apa yang ia tanyakan tadi kepada ayahnya. “ kamu
tidak apa-apa Dika ? kamu yakin tidak apa-apa tetap sekolah? ayah takut kamu
sakit Dika, ayah langsung telepon ke sekolah kamu untuk meminta ijin kamu tidak
masuk hari ini “ ucap ayah Dika sambil memberhentikan dahulu mobilnya ke bahu jalan,
kemudian mengambil handphone yang berada di saku bajunya. Ketika ayah Dika
mulai memencet nomer telepon sekolah Dika mencegahnya “ aku tidak kenapa-kenapa
yah, banyak hal yang Dika tidak bisa ceritakan sama ayah, mohon mengerti “.
Melihat mata Dika yang berkaca-kaca memohon, akhirnya ayahnya Dika mengurungkan
niat menelepon pihak sekolah untuk meminta izin agar Dika tidak istirahat
dahulu dirumah. “ baiklah nak, kalau memang kamu tidak apa-apa dan masih
sanggup sekolah, kita lanjutkan perjalanan “ ujar ayahnya sambil menyalakan
kembali mesin dan melanjutkan perjalanan.
Akhirnya mereka berdua sampai di depan pintu gerbang sekolah, Dika lalu
cium tangan ayahnya dan kemudian membuka pintu mobil. Seperti biasa Tito sudah dahulu
sampai di sekolah dan menghampiri Dika “ heiii, baaru datang ya ? “ tanya Tito.
“ iya To... “ jawab Dika dengan nada datar sambil berjalan melewati pintu
gerbang sekolah dan Tito pun mendampinginya. “ tumben Dik, mukamu kusut sekali,
semalam tidak bisa tidur lagi ya diganggu sama hantu yang kamu bilang itu “
tanya Tito penasaran. “ ini lebih parah lagi To yang aku alami “ jawab Dika
sambil pandangannya ke bawah memperhatikan jalan. “ lebih parah bagaimana ? “
tanya Tito semakin penasaran ingin lebih tahu. “ nanti saja ahhh aku ceritain “
jawab Dika dengan nada malas menanggapi pertanyaan-pertanyaan Tito itu. “
jiaaaah, kamu mah kok begitu, aku hanya ingin membantu broo, ya sudah kalau
kamu mau cerita, cerita saja ya “ jawab Tito berusaha menenangkan. Lalu Dika
berkata “ maaf ya To, aku belum mau menceritakan sama kamu, semua ini masih
membuatku bingung “ sambil menatap Tito. Dan Tito hanya menganggukkan kepalanya
sambil tersenyum “ oke Dik, sekarang kamu tenangkan diri saja dahulu ya “,
kemudian mareka bedua duduk dan bel tanda dimulainya pelajaran pun berbunyi.
Selama pelajaran berlangsung Dika kurang memahami pelajaran yang guru terangkan
di depan kelas sehingga Tito selalu mengingatkan Dika agar fokus dahulu dengan
pelajaran dan Dika hanya mengangguk lesu.
Tak terasa jarum jam di jam dinding yang berada diatas papan tulis kelas
menunjukkan pukul 15.00 WIB tanda pelajaran hari ini telah usai dan bel sekolah
tandanya waktunya pulang pun berbunyi, semua murid-murid menyambutnya dengan
suka cita lalu merapikan buku dan alat tulis ke tas mereka masing-masing
kemudian mereka berhamburan keluar bergegas pulang. Dikelas hanya ada Tito,
Dika dan Pak Joko guru Fisika yang belum keluar, “ nak Dika dan Tito cepatlah
kalian pulang, kelas ini bapak akan kunci “ ucap Pak Joko menyuruh mereka
berdua untuk segera keluar kelas. “ iya pak, ini juga kami mau keluar kok “
jawab Tito sambil menunggu Dika merapikan buku dan alat tulisnya. Mereka pun
berjalan mendekati Pak Joko dan mencium tangannya untuk pamit pulang “ assalamualaikum
pak, kami pulang “ ucap Dika. “ iya nak langsung pulang kerumah ya jangan dulu
main kemana-mana “ jawab Pak Joko sambil memperhatikan mereka berdua berjalan
keluar kelas. “ oya Dika, kamu mau langsung pulang? Bareng aja ya naik motorku,
aku takut kamu kenapa-kenapa dijalannya nanti dari tadi kamu bengong begitu
terus “ ucap Tito menawarkan Dika agar mau dibonceng. “ aku mau beli sesuatu
dahulu ke mall sekalian mau tenangkan diri dahulu “ tolak Dika sambil terus
berjalan sampai ke pintu gerbang sekolah. “ oh begitu, benar kamu tidak akan
kenapa-kenapa dijalan nanti ? “ tanya Tito dengan khawatir “. Dika hanya
mengangguk sambil menepuk bahu temannya itu dan berkata “ tenang aja To, aku tidak akan kenapa-kenapa
“. Kemudian mereka berdua berpisah. Dika melihat Sheryl sudah menunggu di depan
pintu gerbang dan menghampirinya. “ kamu kemana saja dari tadi ? dari tadi
bukan kamu ada di sini ? “ tanya Dika sambil agak membungkukkan badan karena
tinggi tubuh Sheryl hanya sepinggul Dika.
Sheryl hanya tersenyum manis dan memegang telunjuk jari Dika. Dika tidak
menyadari kalau Pak Usman penjaga sekolah yang masih muda kira-kira umur 35
tahun memperhatikannya dengan heran dari tadi dan menghampiri Dika, “ Dika,
kamu bicara sama siapa ? bapak perhatikan dari tadi kamu seperti bicara dengan
seseorang, apakah kamu sakit ? “ tanya Pak Usman. “ ehhh... enggak kok pak, ini
saya lagi akting saja latihan drama “ jawab Dika dengan panik dan Dika pamit
kepada Pak Usman kemudian bergegas pergi menjauhi penjaga sekolah itu dan
Sheryl mengikuti dari belakang. “ haaaaaah.... Pak Usman juga tidak bisa
melihat kamu Sheryl... “ ucap Dika menarik nafas. Lalu Dika meneruskan
perjalanan menuju halte bus yang tidak begitu jauh dari sekolahnya untuk
menunggu bus datang yang menuju arah mall yang Dika tuju. “ kak, kita mau
kemana ? bukannya arah rumah kakak kesana...” tanya Sheryl bingung sambil jari
kecilnya mengarah ke belakang Dika. “ kakak mau ke mall dulu, ada yang mau
kakak beli, Sheryl mau ikut ? “ jawab Dika mengajak Sheryl untuk ikut.
Kebetulan di halte bus itu sedang kosong, jadi tidak ada yang curiga melihat
Dika berbicara sendiri seperti itu karena hanya Dika yang dapat melihat Sheryl.
“ mall ? what is it big brother ? “ tanya sheryl lagi dengan logat inggrisnya.”
Nanti juga Sheryl tahu mall itu apa ? mau ikut gak ? “ ajak Dika dan Sheryl pun
mengangguk senang “ yeeeeeee....let’s go to the mall...!!! “.
Kemudian tidak lama kemudian bus pun datang dan mereka berdua naik.
Setelah selang beberapa waktu akhirnya bus yang mereka naiki berhenti di sebuah
halte bus dan Dika turun dari bus diikuti oleh Sheryl. “ kak, mana yang namanya
mall itu ? “ tanya Sheryl tidak sabar ingin tahu tempat yang namanya mall itu
seperti apa. Lalu Dika hanya menunjukkan arah ke seberang halte tempat mall
berada kepada Sheryl. Dan dengan takjub Sheryl melihat bangunan yang amat
tinggi dan besar tanpa bicara sepatah katapun tanpa disadari Dika sudah
menyeberang jalan. “ brother...wait for meeee... ! “ teriak Sheryl panik
melihat Dika meninggalkannya dan bergegas melayang terbang mengikuti Dika. “
iiiiihh kakak jahat tinggalin Sheryl “ ucap Sheryl dengan wajah kesal mengikuti Dika. Dika pun hanya tersenyum dan
berkata “ iya maaf, kakak kira Sheryl mengikuti kakak “. “ kak, besar sekali tempat
ini, ini yah yang namanya mall itu “ ucap Sheryl dengan kagum dan tak
henti-hentinya memperhatikan sekitar dan mall itu. “ mall itu tempat apa sich
kak ? dijaman aku tempat sebesar ini namanya gedung opera tempat orang-orang
menonton teater drama, aku suka ikut sama papa dan mama “ ucap Sheryl terus
menerus berbicara dan bertanya sambil sibuk memperhatikan apa yang ia lihat. “
mall ini tempat orang-orang berbelanja, baik membeli barang-barang, ada
restoran dan bahkan ada juga bioskopnya juga lho “ jawab Dika menjelaskan dan
tidak memperhatikan orang-orang yang lalu lalang melewati mereka berdua dari
tadi melihat Dika berbicara sendiri. “ woooow... lengkap sekali ternyata mall
ini ya kak, tapi bioskop itu tempat apa kak? Aku baru mendengarnya “ tanya Sheryl
lagi ingin tahu. Lalu ketika mereka sampai di pintu masuk mall itu, Dika
menjawab “ sudah, nanti kakak tunjukkan semua yang ada disini ya “. “
uuuummmhhh... okay big brother “ ucap Sheryl dengan gembira dan akhirnya mereka
berdua berjalan menghampiri pintu mall yang masih tertutup untuk masuk
kedalamnya.
Ketika mereka berdua tepat di depan pintu mall itu, pintu mall pun
terbuka dengan sendirinya dan disambut oleh satpam penjaga, kemudian tubuh Dika
diperiksa oleh satpam itu dengan alat yang bentuknya pipih dan agak panjang
berwarna hitam dengan garis dipinggirnya berwarna kuning. Sheryl semakin
bingung melihatnya tanpa berkata sedikitpun. Setelah satpam selesai memeriksa
Dika, mereka berdua melanjutkan berjalan menyusuri mall itu. Selama mereka
menyusuri mall tak henti-hentinya Sheryl bertanya apapun yang dilihatnya dan
dengan sabar Dika menjelaskannya. Bahkan ketika Sheryl melihat dua patung yang
menggunakan pakaian dan aksesoris topi di kepala, Sheryl terlihat sangat
terkejut dan bersembunyi di belakang punggung Dika, Dika pun tertawa melihat
tingkah Sheryl itu dan mengajaknya untuk melanjutkan ke toko buku yang berada
di mall tersebut. Setelah Dika selesai membeli buku yang diinginkan, mereka
berdua akhirnya bergegas pulang karena hari sudah semakin malam dan langit
sudah menjadi gelap. Ketika mereka berdua sampai di halte bus menunggu bus yang
datang, tiba-tiba Sheryl bersikap aneh seolah-olah ada yang dia takutkan,
genggaman tangannya sangat erat seraya berkata “Kak, Sheryl takut....seperti
ada yang mengawasi kita dari tadi“ sesekali pandangannya ke segala arah seperti
sedang mencari sesuatu. “maksud kamu apa Sheryl ? siapa yang mengawasi kita...?
“ ucap Dika sambil pandangannya mengikuti apa yang Sheryl cari. “gak ada ah
yang mengawasi kita...” ucap Dika lagi sambil berusaha menenangkan Sheryl yang
sedang ketakutan.
Kebetulan suasana di halte bus sepi waktu itu hanya mereka berdua
sehingga Dika leluasa berkomunikasi untuk menenangkan Sheryl, tak lama kemudian
bus yang mereka tunggu akhirnya datang dan kemudian mereka berdua naik. Di
dalam bus hanya beberapa penumpang sehingga terlihat lengang, dan Dika mengajak
Sheryl untuk duduk di barisan bangku sebelah kanan. Dalam perjalanan Sheryl
semakin gelisah dan meminta Dika untuk menukar posisi duduknya, dia tidak mau
duduk disamping jendela bus. Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di halte
bus daerah rumah Dika, kemudian mereka berdua pun turun dan melanjutkan
perjalanan ke rumah dengan jalan kaki. Tidak seperti biasanya keadaan jalan
saat itu sangat sepi, hanya satu atau dua kendaraan yang melewati mereka
sehingga keadaan menjadi sangat mencekam. Genggaman tangan Sheryl semakin erat
dan dia semakin gelisah “Kaaaak, agak percepat jalannya....” ucap Sheryl
memohon-mohon. “ya ampun, ada apa sich ? jangan buat kakak jadi parno dech....”
ucap Dika bingung seraya mempercepat langkah kakinya. Ketika melewati sebuah
lapangan basket, tiba-tiba bayangan hitam melesat terbang menghampiri mereka
berdua dan hanya sekejap Sheryl pun di bawa pergi oleh bayangan hitam itu.
“Heeeelp me brotheeeeeer....heeeeeeelp..... !!!!” teriak Sheryl menyadarkan
Dika yang sempat tertegun kaget. Dengan perasaan takut bercampur bingung Dika
mengejar bayangan hitam itu untuk menyelamatkan Sheryl hingga ke tengah lapangan
basket tersebut. Sampai di tengah lapangan, Dika berhenti berlari dan melihat
sosok bayangan hitam itu berubah bentuk menjadi manusia dengan menggunakan
jubah hitam yang sangat lebar membelakanginya. “makhluk apakah itu?” guman Dika
dalam hati dan dia ragu untuk mendekati makhluk itu.
Perasaan Dika campur aduk melihat sesosok makhluk yang baru dia lihat dan
tubuhnya seketika kaku tidak bisa digerakkan. Dengan suara yang agak berat dan
serak makhluk itu berbicara “Oooooh...kamu ternyata bernyali juga mengikutiku
hai manusia...!!!” dan dia membalikkan tubuhnya dengan Sheryl yang sudah lemas
dalam cengkraman makhluk itu. Dika kaget bukan main ketika melihat wujud
makhluk itu yang tidak memiliki wajah tetapi di dalam tudung kepalanya seperti
mata yang merah menyala dan melihat Sheryl sudah tidak berdaya mengangkat
tangan kanannya yang kecil untuk meminta tolong. “hahahahahah.....akhirnya anak
ini menjadi milikku....akan kuhisap energi murninya dan aku akan menjadi tidak
terkalahkan...tunggu kehancuran bangsa kalian...hahahahahh....”. Dika hanya
terdiam tanpa tahu harus berbuat apa ketika makhluk itu mulai menghisap energi
Sheryl dan Sheryl semakin lama tubuhnya redup dan hampir menghilang. “aku harus
bagaimana untuk menolong Sheryl ?” gumam Dika dalam hati. “ lepaskan anak itu....dasar
ibliiiisss....!!! lepaskaaaaan dia atau kuhabisi kaaau....!“ teriak Dika yang
masih tidak dapat berbuat apa-apa. “hahahahah......coba saja kalau kau bisa
menghabisiku....justru aku yang akan menghabisimu....hahahahah....!“ tawa
makhluk itu. Tiba-tiba Dika melihat dari langit belakang makhluk itu muncul
cahaya berwarna merah melesat cepat menghampiri Dika dan semakin dekat cahaya
itu menyilaukan mata dan spontan Dika menghalau cahaya itu dengan tangan
kanannya dan menutup mata. Cahaya itu pun masih terlihat terang meskipun Dika
sudah menutup matanya, kemudian sebuah suara memanggil “ hai anak manusia,
bukalah matamu...!!!“ lalu Dika membuka matanya dan terkejut ketika melihat ada
sosok lain yang berwujud seperti burung bersayap lebar yang dikelilingi api dan
di dahinya berkilau seperti batu kristal berwarna merah. “ka...kaa...kamu...siapa?
tolong jangan bunuh aku...aku hanya ingin menolong anak perempuan kecil yang
disandera oleh makhluk berjubah hitam...” ucap Dika dengan lirih dengan
perasaan takut yang luar biasa mencoba berkomunikasi. “sudah sekian lama aku
memperhatikan kamu hai manusia....kamu memiliki jiwa yang murni dan perasaan
yang tulus untuk menolong tak perduli sejenismu atau bukan...kau rela berkorban
untuk orang lain. Kamulah anak terpilih untuk membantu kami melawan raja
kegelapan bernama Shadow, makhluk yang kamu lihat berjubah hitam itu “.” Jadi
yang makhluk menyandera Sheryl tadi namanya Shadow ? “tanya Dika perlahan dan
burung api itu mengangguk. “lalu bagaimana caranya menyelamatkan Sheryl, aku
tak perduli dia itu hantu atau siapa...yang pasti aku ingin menolongnya
bagaimanapun caranya...” ucap Dika dengan berkaca-kaca menatap tajam burung api
itu.
Melihat kesungguhan dan keteguhan dalam hati Dika lalu burung api itu
berkata “ternyata masih ada manusia yang perduli dengan makhluk lainnya, yang
mulia ratu tidak salah pilih memilih kamu sebagai kesatria pelindung dua alam,
alam manusia dan alam kami. Perkenalkan namaku Magma, aku pengendali api dari
dunia kristal. Masih ada 4 makhluk seperti saya yang akan membantu yang akan
kamu temui nanti untuk membantu melawan shadow“ dan Dika pun menjawab “aku gak
ngerti apa yang kamu bilang tadi, yang penting aku hanya ingin menolong
Sheryl...titik...!!!” “baiklah, sekarang mendekatlah wahai anak manusia “ pinta
burung api itu dan Dika pun mendekat dengan yakin dan berani. Burung api itu
mengeluarkan batu krisral berwarna putih dari mulutnya dan menyuruh Dika untuk
mengambilnya “ ambillah kristal itu dan letakkan di dahimu agar bisa kami
pinjamkan kekuatan kami dan mulai saat ini kamu adalah kesatria pengendali dua
alam dan sekaligus pemimpin kami “. Lalu Dika tanpa ragu mengambil batu kristal
putih itu dan meletakkan di dahi. Keajaiban pun terjadi, seketika Dika sudah
menggunakan pakaian berwarna silver lengkap dengan sepatu, sarung tangan
berbentuk kepala singa disebelah kiri kepalan tangan dan kepala yang sudah
terbungkus helm berwarna putih. Dengan rasa takjub Dika memperhatikan kostum
barunya itu dan melihat di kepalan tangan kirinya terdapat sarung tangan yang
berbentuk kepala singa. Lalu Dika bertanya “alat ini untuk apa magma ?“ dan
burung api itu menjawab “ alat yang ada di lengan kirimu adalah alat untuk
berkomunikasi dengan kami dan untuk mengaktifkan energi yang akan kami
pinjamkan padamu. Sekarang arahkan alat itu ke dahiku dan katakan “Reincarnation...!!!”....”
lalu Dika mengikuti ucapannya dan seketika cahaya menyilaukan berwarna putih
muncul. Ketika Dika tersadar dia sudah kembali ke tempat semula dan melihat
Sheriyl sudah semakin lemah “ sheryl bertahanlah, kakak akan menolongmu... !!!
“. Dika memeriksa lengan kirinya dan sudah terpasang di dahi sarung tangan kepala
singa itu sebuah batu kristal berwarna merah. Dika pun berkata dalam hati “jadi
yang tadi itu nyata, baiklah aku akan menyelamat Sheryl sekarang...!!!“ dengan
lantang Dika berteriak “Element Fire...oooooon!!!! ”. tiba-tiba disekeliling
tubuh Dika muncul api yang membara dan membuat kostumnya berubah menjadi merah
dengan api menyala di tangan kanannya. “Lepaskan Sheryl sekarang juga,
Shadow.....!!!“ lalu dengan angkuh shadow menjawab “ hahahah....mau dengan cara
apapun juga kamu takkan bisa melawanku...meskipun kamu memakai kostum
itu.....!!! “ mendengar ejekan shadow, Dika semakin marah dan berlari kencang
dengan menembakkan bola-bola api yang keluar dari tangan kiri Dika. Shadow pun
kewalahan menerima serangan api yang dilancarkan Dika dan terlepaslah sherly
dari cengkraman Shadow. Lalu secepat mungkin Dika menggendong Sheryl yang tak
sadarkan diri dan membawa pergi ke salah satu pohon besar yang tidak jauh dari
lapangan basket itu. “ Sheryl bertahanlah, kakak akan kembali...kakak akan beri
pelajaran makhluk itu“ ucap Dika sambil meletakkan tubuh Sherly di bawah pohon
yang besar, kemudian Dika kembali menemui Shadow dan menyerang Shadow dengan
bola-bola api yang keluar dari kepalan tangan kanan Dika “hiaaaaaaaaaaa.....rasakan
pukulankuuuuuuuu.....!!!!” teriak Dika berlari dan menghujamkan bola-bola api
itu ke arah Shadow bertubi-tubi. Mendapat serangan secara bertubi-tubi Shadow
akhirnya kewalahan dan melesat menjauh untuk menghindar. “ kurang ajar kau manusia, mengganggu
rencanaku...jangan berharap kamu akan bisa melawanku....!!! sebagai hukumannya
lawanlah anak buahku....hahahahahah...keluarlah J-Kung!!! “ ucap Shadow dengan
murka, kemudian dia membentangkan jubah hitamnya yang lebar dan secara ajaib
dari dalam jubahnya keluar makhluk menyeramkan berbentuk tinggi hitam besar
dengan cakar yang panjang, dan bermata merah.
Makhluk itu tanpa basa basi lagi langsung menyerang Dika tanpa ampun dan
dengan kemampuan yang dimiliki Dika sekarang dengan mudah menghalau serangan
makhluk itu dan membalas menyerang dengan bola-bola api, akan tetapi makhluk
itu sangat kuat sekali dan sudah beberapa kali Dika terkena pukulan hingga
tersungkur ke tanah. “hahahah....ternyata kamu payah...bagaimana kamu bisa
melawanku...hahahah “ tawa Shadow merasa puas melihat Dika tidak berdaya. “
bagaimana ini...apa aku bisa melawan Shadow ? “ ucap Dika pesimis. Lalu magma
yang sudah ada di dalam tubuh Dika berkata “ jangan menyerah, kamu belum
mengeluarkan kemampuan aku secara maksimal “ “ lantas aku harus bagaimana ? aku
tidak boleh kalah “ jawab Dika sambil berusaha bangkit. “ lalu magma menjawab “
gunakan imajinasimu Dika”, “gunakan imajinasiku ??” jawab Dka dengan heran
“iya, gunakan imajinasi di pikiranmu, niscaya kemampuanmu akan menjadi kuat dan
bisa memusnahkan makhluk itu “ jawab magma meyakinkan Dika. “ oke kalau memang
seperti itu, aku akan gunakan imajinasiku....!!! hancurlah kau makhluk
biadab...!!! “ teriak Dika sambil menunjukkan telunjuk kanannya ke arah Shadow
dan anak buahnya. Dika kemudian mengangkat tangan kanannya ke atas dan
berteriak “Sword Flame onnnnn....!!!“ sekejap saja telapak tangan kanan Dika
bersinar dan muncul sebilah pedang dengan mata pisau dikelilingi api menyala
dan kemudian Dika menyerang kembali dan menghunuskan pedang api itu tanpa ampun
dan dengan serangan terakhir Dika berteriak “tenaga maksimaaaaaaal“ seketika
api yang ada di mata pisau pedang api itu berubah semakin besar dan berhasil
melenyapkan makhluk itu. Melihat Dika berhasil mengalahkan anak buahnya, Shadow
pun merasa terancam dan berniat ingin melarikan diri “ hebat sekali kau
manusia...tapi lain kali aku akan membunuhmu...hahahahah “ dan Shadow pun
melesat pergi ninggalkan Dika. Dika lalu
berlari menuju ke tempat disembunyikan Sheryl untuk memastikan keadaannya, dan
alangkah terkejutnya ketika melihat Sheryl sudah berdiri mengintip di balik
pohon tempat dimana dia disembunyikan oleh Dika. Ternyata sedari tadi ia
menyaksikan pertarungan antara Dika dengan anak buah Shadow. “ Sheryl are you
okay...? “ tanya Dika dengan cemas. Sheryl hanya tersenyum dan keadaannya masih
sangat lemah akan tetapi tangannya memegang ke batang pohon sebagai penopang
tubuhnya yang lemah. “ya ampun Sheryl kenapa tidak berbaring saja...kamu dari
tadi lihat kakak bertarung...?“ tanya Dika lagi sambil menopang tubuh Sheryl
untuk di baringkan di batang pohon itu. “ makasih ya Kak sudah mau menolong
aku...Sheryl sayang kakak....” ucap Sheryl dengan lemah kemudian tak lama dia
pun menutup mata. “Sheryl bangun...Sheryl.... !!!“ Dika berusaha menyadarkannya
dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya tetapi Sheryl tidak juga sadar. Dika
kebingungan bagaimana caranya membawa Sheryl untuk dibawa kerumah “haduuuuh
bagaimana ini....? kalau aku bopong Sheryl ke rumah yang ada ortuku bingung dan
menyangka aku kesurupan“ ucap Dika sambil mondar mandir berusaha mencari cara
agar bisa membawa Sheryl pulang tanpa ortunya tahu. Tiba-tiba magma memberitahu
“ Dika, tak usah bingung...arahkan saja kristal dilenganmu ke arah dia
sekarang...!!!”. kristal merah di dahi kepala singa yang ada di lengan kiri
Dika pun mengeluarkan cahaya dan bergerak sendiri menuju ke arah Sheryl yang
tak sadarkan diri dan hal ajaib pun muncul. Tubuh Sheryl seperti terhisap masuk
kedalam kristal yang ada dilengan kiri Dika. Kemudian kepala singa itu
menghilang dari lengan kiri Dika begitu juga batu kristal putih yang ada di
dahi Dika ikut menghilang “sekarang kau bisa pulang dengan tenang Dika...!!!” ucap
Magma sekali lagi. “terima kasih Magma, sudah bersedia meminjamkan kekuatan
untuk menolong Sheryl “ ucap Dika berbicara dalam hati dengan Magma. “keteguhan
yang kuat dan imajinasimulah yang membuat kau hebat Dika“. Dengan tersenyum
Dika menjawab “ ahhhh....kamu bisa aja Magma....heheheheh....!!! “ kemudian
Dika melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya.
Sesampainya dirumah mengetuk pintu sambil mengucapkan salam dan terdengar
ibunya menjawab salam sambil membukakan pintu dan bertanya “ sudah dapat
bukunya, Dika ?”, “Sudah mah...” jawab Dika singkat dan ia mencium tangan
ibunya kemudian masuk kedalam rumah kamarnya. Ketika melewati ruang tengah,
Dika melihat ayahnya sedang duduk menonton televisi. “ sudah ketemu buku yang
kamu cari ? ” tanya ayah Dika. Dika menghampiri dahulu ayahnya dan mencium
tangan dan menjawab “ ada kok yah, Dika cape sekali hari ini, boleh Dika istrahat
dikamar ? ”. “ ya sudah kamu mandi dulu sana baru kamu tidur, jangan lupa
siapkan buku pelajaran untuk besok...!!! ” perintah ayah Dika dan Dika menjawab
singkat “iya yah....!!!” dan Dika pun berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di
dalam kamar Dika langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur dan beristirahat
sejenak sebelum ia mandi. “ makhluk apa Shadow itu ? dan mengapa ia mau
mengambil Sheryl ? “ gumam Dika dalam hati mengingat kejadian tadi yang
menurutnya itu adalah kejadian yang luar biasa dalam hidupnya sambil tatapan
matanya mengarah ke atas atap kamarnya yang cukup tinggi. Lalu Dika teringat
akan Magma yang sekarang berada di dalam tubuhnya dan mencoba memanggilnya
“Magma apakah kau ada di dalam ? bagaimana keadaan Sheryl sekarang?“ lalu Magma
menjawab “ Keadaan gadis kecil itu masih lemah Dika dan saat ini masih belum
sadarkan diri... ”, “ terus aku harus bagaimana agar Sheryl bisa pulih kembali
?” tanya Dika sambil bangun dari tidurnya dan duduk di kasurnya yang empuk dan
nyaman. “aku tidak tahu...menurut penglihatan aku gadis kecil itu memiliki aura
yang sangat luar biasa dan saat ini auranya sudah habis terhisap oleh Shadow”
jawab Magma lalu Dika bertanya lagi “ memangnya aura Sheryl terbentuk dari
elemen apa ? “ dan Magma hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata “
maaf Dika saya pun belum mengetahuinya...” lalu Dika berkata “ ya sudah
bagaimana caranya agar Sheryl keluar dari kristal yang ada di tangan kiri saya
ini “ sekarang berdirilah Dika
Ucapkan “Crystal
On” dan arahkan tangan kirimu ke tempat tidur” Dika pun mengikuti perintah
Magma dan cahaya pun muncul dari sarung tangan berbentuk kepala singa di lengan
kiri Dika, secara ajaib tubuh Sheryl yang masih belum sadarkan diri sudah
terbaring di tempat tidur.”biarkan Sheryl di tempat tidurku...agar aku bisa
memantau keadaan Sheryl...” ucap Dika kepada Magma, lalu Magma menjawab “ baik
kalau memang itu maumu Dika, aku tidak memaksa” dan Dika mengganggukan kepala
sambil tersenyum mengatakan “terima kasih atas pengertiannya Magma”.
Beberapa hari kemudian Sheryl sudah semakin membaik dan semenjak kejadian
itu Sheryl pun semakin percaya dengan Dika dan tak pernah jauh dari Dika,
selayaknya saudara sekandung meskipun tak jarang orang tua Dika dibuat bingung
dengan perilakunya yang aneh. Diam-diam ayah Dika memperhatikan gerak gerik
Dika yang aneh dan seperti yang sudah paham dengan keadaan Dika seperti itu.
akan tetapi Dika tidak memperdulikannya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar