Selasa, 12 Januari 2016

PERTEMUAN YANG MENYERAMKAN ( CHAPTER 1 )



Pada suatu hari di sore yang cerah di sebuah lapangan luas, terdengar suara hiruk pikuk orang-orang yang menjagokan pemain yang sedang bertanding sepakbola. Pertandingan Sepakbola ini adalah puncak dari acara yang diadakan panitia RW.002 untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI yang Ke 60. Tak terasa pertandingan sudah mencapai babak kedua, terlihat para pemain beristirahat untuk mengumpulkan kembali tenaga dan mengatur strategi dahulu di tepi lapangan dengan masing-masing pelatih dan timnya. Akhirnya wasit pun meniupkan peluit tanda pertandingan kedua sudah dimulai dan para pemain berlari menuju ke tengah lapangan dan pertandingan pun dimulai. Tidak jauh dari kerumunan orang-orang yang melihat pertandingan sepakbola itu, sesosok pemuda ikut menyaksikan pertandingan itu dengan antusias. Sedari pertama pertandingan sepakbola itu dimulai pemuda itu berada disana. Pemuda itu adalah Dika, anak sekolah SMU swasta di yang saat ini sudah menduduki tingkat kelas XI. Dika adalah anak dari keluarga yang sederhana tetapi bahagia, sehari-harinya dia merupakan anak yang baik dan menurut kepada kedua orang tuanya. Teman-temannya pun menyenangi dika, karena dia anak yang supel, mudah bergaul dan berteman dengan siapapun. Tak terlihat jika Dika memiliki kemampuan yang istimewa dibandingkan dengan anak-anak seumurannya. Padahal setiap hari dia selalu melihat makhluk-makhluk halus yang hanya dia sendiri yang melihat, merasakan dan berkumunikasi langsung dengan mereka. Dia tidak menyadari sesosok hantu perempuan kecil berdiri disampingnya.
Dika tidak menyadari keberadaan hantu kecil itu karena pandangannya tertuju pada pertandingan sepakbola yang sudah semakin memanas. Hantu kecil itu lalu menarik-narik baju Dika terus menerus tanpa Dika hiraukan, sampai akhirnya tarikan hantu kecil itu semakin di perkuat dan Dika baru merasakan jika bajunya di tarik-tarik oleh seseorang dan ia pun menoleh ke samping kanan bawah. Terlihat sesosok anak kecil berambut pirang emas dengan model rambut kepang disebelah kanan dan kiri. Tangan kecilnya menarik-narik baju Dika dan tangan yang satunya lagi memegang boneka beruang kecil yang sudah lusuh dan tidak terurus, awalnya Dika menyangka anak kecil itu adalah anak biasa yang kehilangan ibunya dan tersesat. Lalu Dika mencoba mencari ke kanan dan ke kiri untuk mencari ibunya anak kecil ini, mungkin saja ada di kerumunan orang-orang yang sedang menonton pertandingan dan tidak menyadari anaknya sudah lepas dari pengawasannya.
Akan tetapi sedari tadi mata Dika tidak berhenti menelaah kerumunan orang-orang itu dan tidak ada yang terlihat gelisah kehilangan anak dan tidak terlihat jg wajah orang tua yang mirip dengan anak kecil ini yang memiliki kulit yang putih dan berambut pirang seperti anak orang asing. “heeeeem, koq gak ada ibu-ibu yang mirip dengan anak ini yaa... “ gumam Dika. Akhirnya Dika memtuskan untuk bertanya kepada anak kecil itu “ hello, adek kesini dengan siapa? “ tanya Dika. Anak kecil itu hanya terdiam mematung tanpa menjawab pertanyaan. Belum terlihat ada reaksi dari anak itu, lalu Dikapun bertanya lagi “adek tinggal dimana?ibu kamu yang mana de,koq dari tadi kakak gak ketemu ma ibu adek ya? “ tanya Dika lagi. Akan tetapi si anak kecil itu tetap mematung dan tidak menjawab pertanyaan. Akhirnya Dika pun semakin penasaran dengan anak itu dan ketika ia mau bertanya lagi, tiba-tiba dari kejauhan terlihat pemuda seumuran Dika menghampiri Dika dengan motor besarnya. “ heiiiiiii, dah lama dik disni ? “ tanya pemuda itu. Dika menjawab “ aku dah lama disini koq gung, kamu dari mana ? ”, lalu mereka berdua larut dalam obrolan yang semakin menarik hingga Dika tidak sadar telah mengacuhkan anak kecil itu. Akhirnya Agung, pemuda yang menghampiri Dika itu pamit pergi menghilang dari pandangan Dika. Ketika Dika baru menyadari sedari tadi  telah mengacuhkan anak kecil tadi disampingnya, ternyata anak kecil itu sudah tidak ada disampingnya. Dan Dika pun berusaha mencari disekitar akan tetapi yang terlihat hanyalah kerumunan orang-orang yang menonton pertandingan bola dan tidak nampak sosok anak kecil yang sangat berbeda penampilannya seperti orang-orang jaman dahulu.
Akhirnya Dika pun memutuskan untuk kembali kerumah karena waktupun sudah semakin petang, dengan berjalan kaki Dika menuju kerumah dengan perasaan bingung dan penasaran. Dika masih memikirkan anak kecil yang ditemuinya tadi, darimana asal anak kecil itu,dan mengapa pakaiannya seperti orang-orang jaman dahulu dan berkulit seperti orang asing. Berbagai pertanyaan terus berputar-putar di kepala Dika hingga tak terasa telah sampai dirumahnya.
Lalu Dika mengucapkan salam dan membukakan pintu, “Assalamu’alaikum, mah Dika pulang” ucapnya, terdengar ibunya Dika menjawab, “Waalaikum Salam, dari mana saja ? “ tanya ibu Dika.sambil menghampirinya, Dika pun mencium tangan ibunya dan menjawab “ Dika tadi lihat pertandingan sepakbola di lapangan mah, ada acara tujuhbelasan “, lalu ibunya Dika berkata “ oh begitu, ya sudah cepat mandi dan shalat maghrib dahulu baru makan, mamah sudah siapkan masakan kesukaan kamu tuh di meja makan “. Mendengar ibunya sudah memasak masakan kesukaannya lalu Dika pun dengan perasaan senang “ wah, mamah masak apa hari ini ? “ tanya dika. Ibunya Dika pun menjawab “ hari ini mamah masak opor ayam kesukaanmu Dika “. “woooow, asyiiiik opor ayam...makasih ya maaaah ! “ teriak Dika dengan senang ibunya memasak masakan kesukaannya. Dengan bergegas Dika mengambil handuk yang berada di rak handuk samping teras depan ruamhnya dan kemudian mandi. Ketika Dika baru selesai keluar kamar mandi terdengar suara azan maghrib berkumandang dari speaker masjid yang tidak jauh dari rumahnya dan Dika pun bergegas mengeringkan badan dikamarnya dan menggunakan pakaian, setelah itu ia memakai sarung dan peci untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah di masjid. Tak lama setelah selesai melaksanakan shalat maghrib berjamaah, lalu Dika pun bergegas pulang kerumahnya yang tidak jauh dari masjid. Ketika Dika berjalan menuju rumahnya, ada sesuatu yang menarik perhatiannya, dia melihat sesosok yang berdiri diatas atap rumahnya dan seperti memperhatikan Dika.

Dika akhirnya berhenti sejenak dan kepalanya mengarah keatas tempat sosok itu berdiri sambil terus memperhatikan dengan lebih seksama “ hah, koq kayak ada yang berdiri diatas atap rumah gitu ? “ gumam Dika sambil pandangannya terus mengarah ke sosok itu. Sayangnya ketika itu hari sudah malam sehingga Dika tidak dapat melihat dengan jelas sosok itu apakah manusia atau makhluk asing. Dika hanya melihat sosok itu seperti memakai kain yang sangat panjang yang hitam pekat dan terlihat tidak bergerak sama sekali ketika Dika memperhatikan sosok misterius itu. Dika pun hanya diam mematung menunggu apakah sosok misterius itu hanyalah halusinasi saja atau memang itu adalah benar makhluk asing, lalu tiba-tiba Dika melihat pada sosok misterius itu cahaya kemerah-merahan dan bergerak melesat begitu cepat menghilang dari pandangan Dika. “ astagfirullah, apa itu ? “ teriak Dika kaget melihat sosok itu melesat dengan cepat dari pandangan. Dengan perasaan takut Dika lalu bergegas lari masuk ke rumah dan ketika di dalam rumah Dika langsung masuk ke dalam kamar dengan membanting pintu. Melihat gelagat Dika yang aneh itu lalu ibunya Dika menghampiri Dika, akan tetapi ayahnya menahan ibu untuk menghampiri Dika dan berkata “ biar bapak saja yang hampiri Dika, ibu tenang saja ya “. Lalu ayah Dikapun berjalan menuju kamar Dika dan mengetuk pintu kamar, tok...tok...tok... “ Dika, kamu baik-baik saja di dalam ? ayah boleh masuk ? “ tanya ayah Dika cemas, tapi tidak ada jawaban dari Dika, sekali lagi ayah Dika mengetuk pintu, tok...tok...tok... “ Dika, kamu tidak apa-apa ? “ tanya ayahnya dengan cemas. Dan Dika pun menjawab panggilan ayahnya dari dalam kamar sambil membukakan pintu“ Dika tidak apa-apa ayah “ dan Dika kembali ketempat tidurnya dengan diikuti oleh ayahnya. Ayah Dika duduk disamping tempat tidur Dika dan bertanya “ kenapa tadi kamu berlari ke kamar sambil membanting pintu seperti itu, tahu tidak bapak dan ibu sampai kaget “, “maafkan Dika sudah membuat ayah dan ibu kaget“ jawab Dika dengan kepala tertunduk takut dimarahi oleh ayahnya. “sebenarnya Dika tadi habis melihat sesuatu yang menyeramkan yah diatas rumah kita, makanya Dika langsung lari masuk ke dalam rumah “ lanjut Dika dengan suara lirih dan masih ketakutan. Melihat anaknya ketakutan seperti itu akhirnya ayahnya Dika memeluk dan mengusap-usap lembut rambutnya untuk menenangkan dan berkata “ sudah-sudah kamu tenang yach ada ayah sekarang “, setelah agak tenang Dika melepaskan pelukan ayahnya dan sambil tertunduk Dika bertanya “ apa ayah percaya kalau Dika cerita ? “ lalu ayahnya menganggukkan kepala sambil tersenyum. “ baiklah pak, Dika tadi khan shalat di mushola, nah pas mau pulang Dika tiba-tiba melihat sesuatu diatas genting rumah kita “ lanjut Dika dengan ragu kemudian menunggu reaksi dari ayahnya. “terus memang tadi kamu melihat sesuatu itu seperti apa ?” tanya ayah Dika.
“ Dika melihat sosok makhluk hitam kelam dan sempat samar-samar melihat cahaya merah menyala entah itu matanya atau apalah yang pasti Dika seperti di perhatikan olehnya dan tiba-tiba saja makhluk itu melesat terbang dan cepat sekali menghilang, Dika kira itu kuntilanak dan langsung lari ketakutan masuk kedalam rumah “ ucap Dika dengan ekspresi serius dan berkaca-kaca. Lalu ayah Dika menanggapi ceritanya itu dengan tersenym dan sambil mengusap kepalanya ayah Dika berkata “ itu mungkin hanya halusinasi kamu saja, makanya kamu jangan terlalu kecapean ya “. Ibunya Dika masuk ke dalam kamar dan menghampiri ayah Dika dan Dika, lalu sambil duduk disamping ayah Dika ibunya Dika bertanya kepada ayah Dika “ yah, kenapa ma anak kita ? “. “ ini bu, kata Dika tadi baru saja melihat hantu diluar rumah “ jawab ayah Dika. “ walah Dika, ibu kira kamu kenapa toh sampai kamu sudah buat ibu sama ayah kaget takut kamu kenapa-kenapa “ ibu berkata sambil menggeleng-gelengkan kepala. Akhirnya ayah Dika berusaha menenangkan Dika “ ya sudah, kamu tak usah pikirkan itu. Mungkin kamu kecapean jadi kamu berhalusinasi begitu. Sekarang sudah malam, kamu sebaiknya tidur besok khan harus bangun pagi berangkat kesekolah “. Dengan mengangguk pelan akhirnya menuruti perintah ayahnya dan setelah dicium kening oleh ibunya, akhirnya mereka berdua beranjak pergi meninggalkan Dika untuk beristirahat. Setelah kedua orang tua pergi, Dika pun beranjak bangun dari tempat tidur untuk mematikan lampu kamar, ketika lampu kamar sudah dimatikan dan ia berbalik untuk kembali ketempat tidurnya, tiba-tiba diatas tempat tidurnya terlihat sosok anak perempuan yang duduk membelakangi Dika sambil memainkan sebuah boneka beruang besar. Boneka beruang besar itu Dika miliki sewaktu ia kecil dan karena Dika semakin dewasa akhirnya boneka itu ia taruh di dalam lemari baju cukup besar tepat berada disamping tempat tidurnya dan tidak pernah ia mainkan lagi. Tapi sekarang boneka beruang besar itu ada dihadapannya dengan sosok anak perempuan yang Dika merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Dika hanya berdiri terdiam ketika sosok anak perempuan itu dihadapannya dan bertanya-tanya darimana datangnya anak perempuan itu padahal pintu kamar tertutup dan jendela kamar pun terkunci rapat. Rasa ketakutan akhirnya muncul lagi dalam diri Dika “ haduh ini apa lagi, tadi saja sudah buatku ketakutan setengah mati ini ada lagi makhluk lain. Kalau aku cerita sama ayah dan ibu pasti mereka anggap aku berhalusinasi lagi “ gumam Dika. Akhirnya Dika mencoba menenangkan diri sambil memejamkan mata “ mungkin ayah benar, aku cuma berhalusinasi saja. Dengan ku tenangkan diri sambil menutup mataku sebentar makhluk ini hilang “ pikir Dika. Dengan teratur Dika bernafas sambil memejamkan mata untuk menenangkan diri sejenak. Ketika Dika membuka mata kembali ternyata makhluk itu masih ada di depannya, “ ya Allah, ini makhluk masih ada !!! “ ujar Dika dengan nada gemetar dan semakin ketakutan. Setelah cukup lama terdiam akhirnya Dika menghirup nafas dalam-dalam serta mengeluarkannya dan kemudian memberanikan diri menghampiri makhluk misterius itu. Dengan perlahan-lahan Dika menghampirinya “ ka..ka..kaamu si..sii...siaappaaa ? “ tanya Dika gugup. Tapi makhluk itu asyik memainkan boneka beruang besar dan tidak menggubris pertanyaan Dika. Karena tidak ada jawaban, lalu Dika mulai semakin berani bertanya lagi pada makhluk itu “ kamu siapa?masuk lewat mana kamu tadi ? ”, tapi anak misterius itu tetap tidak menjawab malah dia tertawa cekikikan menggema ke sekeliling ruangan kamar sambil terus memainkan boneka beruang besar.
Tiba-tiba anak kecil misterius itu terdiam dan kepalanya tertunduk, lalu kepalanya bergerak  memutar ke belakang menghadap ke Dika tanpa tubuh mengikuti kepalanya. Melihat itu Dika terdiam dengan wajah kaget, terlihat anak kecil misteris itu tidak memiliki bola mata dan terlihat hanya putihnya saja dan dengan garis bibir menunjukkan anak kecil itu tersenyum, akan tetapi garis senyumnya semakin lama semakin melebar hingga sejajar telinga dan disaat itu juga anak kecil misterius itu membukakan mulutnya yang amat lebar sehingga terlihat dari luar tulang rahang anak kecil itu dengan giginya yang putih dan kulit mulut yang hampir robek kesamping, melihat itu Dikapun hanya membelalak mata saking kagetnya dan kemudian tak lama ia tak sadarkan diri hingga esok harinya.
Perlahan-lahan Dika membukakan mata dan melihat lampu diatas langit-langit kamarnya dan ia melihat ke sekeliling arah, ternyata ia sudah berada di tempat tidur, “ Apakah semalam itu hanyalah mimpi buruk ? “ gumam Dika masih mencoba mengingat-ingat kejadian mengerikan yang semalam. Dika lalu mencoba untuk bangun dari tempat tidur dan melihat ke arah jam dinding yang tepat di depannya. Jam menunjukkan pukul 5 pagi, “ masih terlalu pagi aku bangun “ pikirnya sambil bangkit dari tempat tidurnya dan kemudian menuju ke kamar mandi untuk shalat shubuh dan bersiap-siap berangkat sekolah. Ketika menuju ke kamar mandi Dika berpapasan dengan ibunya yang kebetulan sedang menyiapkan sarapan untuk Dika dan ayahnya, “ Tumben kamu sudah bangun pagi ? “ tanya ibunya dengan heran. Dika hanya menggaruk-garuk kepala dan tersipu malu. Maklumlah selama ini Dika selalu susah dibangunkan dan ibunya harus dengan susah payah membangunkan Dika. Setelah selesai mandi lalu Dika mendekati meja makan untuk bersama-sama sarapan dengan ayahnya yang sedari tadi menunggu Dika sambil membaca koran pagi. Melihat anaknya bangun pagi seperti itu ayahnya menatap wajah Dika sambil tersenyum serta melihat kearah jam dinding yang tidak jauh dari tempat duduk ayah Dika dan berkata “ Tumben nak bangun pagi, ada angin apa ? “ goda ayahnya. Merasa disindir ayahnya Dika menjawab dengan singkat “ Semalam Dika mimpi buruk yah “ sambil duduk di kursi. Lalu ayahnya Dika berkata “ makanya baca doa dulu sebelum tidur nak “. Dika pun hanya menjawab “ iya yah “ dan kemudian Dika mengambil nasi dan lauk pauk yang sudah ibunya siapkan dari pagi. Melihat anaknya makan lalu ayah Dika kemudian mengambil nasi dan lauk pauk untuk menemani Dika sarapan.
Setelah selesai sarapan, mereka berdua pamit kepada ibu Dika. Dika mencium tangan ibunya dan ibunya mencium tangan ayah Dika akhirnya mereka berangkat bersama-sama dengan mobil. Selama diperjalanan Dika terlihat murung dan kepalanya melihat terus ke jendela sambil terdiam, melihat tingkah laku anaknya yang agak berbeda itu ayah Dika pun bertanya “ memang tadi mimpi buruk apa nak ? “ dan Dika menjawab “ sudahlah yah,Dika ceritapun ayah tidak akan percaya “ sambil pandangannya tetap ke arah jendela mobil. Mendengar perkataan Dika lalu ayahnya hanya tersenyum dan memaklumi kelakuan anaknya yang sedang kesal itu. Pagi itu keadaan jalan raya sedang padat dan akhirnya mereka berdua harus sabar mengantri sampai akhirnya merekapun tiba di sekolah. Dika pun mencium tangan ayahnya dan sebelum Dika membukakan pintu mobil ayahnya berkata “ yang semangat ya nak belajarnya, jangan terlalu pikirkan mimpi buruk yang semalam “ Dika hanya menganggukkan kepala dan membuka pintu mobil. Ayah Dika lalu melanjutkan perjalanan menuju kantor.
Setelah mobil ayah Dika semakin jauh dari pandangan,  teman Dika yang bernama Tito memanggil Dika dari jauh untuk mengajaknya masuk dan ternyata Tito sudah duluan tiba di sekolah. “ Dik, kamu sudah belum kerjakan PR matematika minggu kemarin ? “ tanya Tito sambil mereka berdua berjalan menuju kelas mereka. Dika pun berhenti sejenak sambil menepuk jidat “ astagfirullah, ya ampun aku lupa gak kerjain PR nya To !!! “ lalu Tito pun berkata menakuti “ wah, siap-siap dah kamu dihukum keluar kelas sama Bu Rina, tahu sendiri khan itu guru galaknya minta ampun “, dengan panik Dika berkata “ yaaaa terus bagaimana ini, keburu tidak ya aku kerjakan sekarang PR nya, pinjam donk To please..... “ dan Tito pun menjawab “ ya sudah kalau memang keburu sich kerjakan aja ka “. Dika pun lalu cepat-cepat duduk di bangkunya disusul Tito dan Tito pun meminjamkan buku PR nya ke Dika. Mereka berdua sahabat sudah lama sejak mereka kelas X dan mereka berdua saling membantu jika ada salah satu kesulitan. Dika langsung duduk dan segera mnelepaskan tas gandongnya serta membuka seleting tas untuk mengambil buku matematikanya, akan tetapi Dika pun terkejut ketika ingin mengambil buku tugas matematikanya ternyata tidak ada. “ ya allah bukunya ketinggalan di rumah, bagaimana ini To “ dengan nada lemas dan ketakutan. Lalu Tito pun terlihat panik dan kasihan melihat Dika serta menawarkan diri membantu Dika “ bagaimana kalau kita pulang kerumah kamu dulu buat ambil buku matematikanya, aku bawa motor koq, mumpung masih ada waktu nich belum bel ? “ lalu Dika berkata dengan pasrah “ sudahlah To, percuma balik lagi kerumah, dijalan juga tadi macet banget,bisa-bisa kita terlambat masuk ke kelas, biar saja aku di hukum sama Bu Rina “. Mendengar Dika menyerah begitu dan bersikeras akhirnya Tito pun hanya mengangkat bahu sambil berkata “ ya sudah kalau memang kamu siap dihukum keluar kelas nanti, aku sich hanya membantu “ dan Dika menjawab “ ya To, tidak apa-apa aku dihukum nanti toh ini salah aku khan “.
Tak lama kemudian bel sekolah pun berbunyi nyaring tanda pelajaran akan segera dimulai dan kemudian teman-teman Dika yang lain sudah mulai masuk ke kelas dan menyiapkan buku pelajaran jam pertama yaitu pelajaran matematika. Melihat teman-temannya termasuk Tito sahabatnya semua membawa Buku Matematika, Dika hanya tertunduk lesu dan siap-siap untuk dimarahi oleh Bu Rina dan menerima hukuman. Pintu kelas terlihat dibuka dari luar dan muncul sosok perempuan berkacamata setengah baya dengan membawa beberapa buku di tangan kanannya sambil menatap tajam ke arah murid-muridnya termasuk Dika. Perempuan itu adalah Ibu Rina guru kelas XI yang terkenal galak mengajar matematika, akan tetapi meskupun Bu Rina mengajar dengan disiplin dan ketat seperti itu tidak sedikit alumni anak didik yang pernah ia ajar menjadi orang-orang yang sukses. Lalu Bu Rina berjalan menuju ke meja guru untuk meletakkan buku-buku yang ada ditangannya. Kemudian tanpa banyak basa basi ia berkata “ kumpulkan tugas yang minggu kemarin Ibu suruh sama kalian !!! “. Akhirnya semua anak-anak dikelas mengumpulkan buku PR Matematika terkecuali Dika yang hanya tertunduk malu dan takut di bangkunya. Melihat hanya Dika yang tidak mengumpulkan buku PR lalu Ibu Rina mendekati Dika dan berkata “ ibu perhatikan dari tadi hanya kamu yang tidak mengumpulkan buku PR, jangan bilang kalau kamu lupa membawa bukunya ? “, lalu dengan gugup dan kepala tertunduk Dika berkata “ emm...emmm...anuuu bu....bukunya tertinggal dirumah “, mendengar ucapan Dika itu Bu Rina pun marah dan berkata dengan nada tinggi “ alaah banyak alasan kamu, ibu paling tidak suka murid yang pemalas, kamu keluar dari kelas dan berdiri disamping kelas ini dengan satu kaki sampai pelajaran ibu selesai !!! “ melihat Dika dimarahi seperti itu Tito merasa kasihan dan bersalah tidak bisa membantunya dan teman-teman Dika yang lain ada yang menertawakannya. Dengan gontai sambil tertunduk akhirnya menuruti perintah Bu Rina untuk menerima hukuman.
“ sial sekali hari ini, aku sampai lupa mengerjakan PR dan membawa buku Matematika.... “ ucap Dika sambil berdiri dengan 1 kaki. Suasana di luar kelas sepi sekali dan hanya ada Dika seorang yang dihukum seperti itu, terdengar dari luar Bu Rina mulai memberikan materi pelajaran. Dika lalu melihat keadaan sekitar dan berharap anak-anak kelas lain tidak ada yang keluar dan melihat Dika dihukum seperti itu, bisa-bisa ia sangat malu. Beberapa menit berlalu dihukum berdiri dengan 1 kaki, Dikapun merasa kakinya pegal dan menurunkan sebentar untuk meredakan pegalnya. Tiba-tiba samar-samar ia mendengar suara tertawa anak kecil dan suaranya berasal dari ujung lorong jalan, Dika pun terkejut dan kemudian dengan seksama suara itu untuk memastikan kalau ia tidak salah tadi mendengar suara tertawa anak kecil, akan tetapi suara itu tidak ada lagi dan hanya suara gurunya di dalam sedang mengajar. Dengan penasaran tanpa ia sadari dan lupa sedang dihukum, Dika pun berjalan perlahan-lahan menyusuri lorong jalan kelas sampai ke ujung sambil memasang telinga kalau-kalau suara misterius itu terdengar lagi.
Ketika Dika berjalan setengah lorong jalan itu dari ujung lorong melintas sosok anak kecil yang semalam ia jumpai dengan wajah yang mengerikan. Spontan saja Dika langsung berlari ketakutan dan berusaha mengetuk-ngetuk keras pintu kelas untuk diijinkan masuk dengan tidak memperdulikan ia akan dimarahi lagi oleh Ibu Rina. Mendengar pintu kelas diketuk-ketuk kelas oleh Dika lalu Ibu Rina pun membukakan pintu dan berniat untuk memarahinya, akan tetapi ketika pintu dibuka, Dika sontak saja langsung masuk ke dalam kelas tanpa memperdulikan lagi Bu Rina dan kemudian duduk di bangkunya dengan terengah-engah. melihat perilaku Dika yang lancang seperti itu lalu Ibu Rina menjadi naik pitam menghampiri Dika dan memarahinya “ Dikaaaaaa....kamu memang anak tak tahu diri...! sudah tahu kamu ibu hukum diluar tapi kamu malah buat ulah seperti ini....kamu mengetuk-ngetuk keras pintu kelas dan langsung berlari seperti habis melihat hantu saja...sudah kamu keluar dari kelas...jangan membantah !!! “, dengan berlutut Dika memohon pada Bu Rina “ ampuuuunn ibuuu....Dika mohon jangan suruh diluar lagi, tadi ada hantu bu di ujung lorong...beneran buuu....” mendengar Dika seperti itu teman-teman dikelasnya langsung tertawa sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Lalu Ibu Rina menghentak-hentakkan penghapus papan tulis ke mejanya untuk menenangkan kembali anak-anak didiknya. Setelah suasana menjadi tenang lalu Ibu Rina melihat kalau Dika terlihat amat sangat ketakutan dan akhirnya mengijinkan masuk kembali ke kelas dan mengganti hukuman untuk Dika menjadi memberikan tugas untuk mengerjakan soal materi yang tadi sudah diajarkan kepada murid-muridnya ketika Dika berada diluar kelas. Dan akhirnya bel pun berbunyi tanda jam pelajaran pertama telah selesai. Melihat perilaku Dika yang aneh itu lalu Tito bertanya kepada Dika “Di, tadi kenapa kaya yang liat hantu gitu ? “, lalu Dika menjawab “ emang aku liat hantu to, sudah beberapa hari ini banyak hal-hal aneh yang ku alami dan ketemu ma mahkluk-makhluk aneh yang tiba-tiba muncul, gimana gak buat shock. Mana gak da yang percaya lagi dan kebanyakan pada bilang aku berhalusinasi“. “ memangnya kamu liat apa sich di ? jadi penasaran “ lanjut Tito membalas cerita Dika. Lalu Dika menjawab “ udahlah To, kamu juga paling sama kaya orang-orang anggap aku hanya berhalusinasi “. “ bagaimana nanti pulang sekolah kamu cerita sama aku ya, tenang saja ku percaya koq ma kamu “ balas Tito menenangkan Dika. Mendengar ucapan Tito sahabatnya itu Dika pun menganggukan kepala sambil berkata “ makasih ya To, kamu emang sahabatku yang paling baik “ dan Tito pun menjawab dengan santai “ tenang aja bro, itulah gunanya sahabat “.
Tak terasa bel berbunyi kembali tanda waktu istrahat lalu Dika dengan teman-temannya berhamburan keluar kelas menuju kantin, Dika pun menceritakan dari awal kepada Tito kejadian aneh yang beberapa hari ini dialaminya dan Tito pun mendengarkan dengan seksama sambil mereka berdua berjalan menuju ke kantin untuk membeli minuman ringan dan makanan kecil. Setelah mendapatkan makanan dan minuman ringan ditangan akhirnya mereka berdua duduk di meja kantin yang sudah tersedia. “ terus kamu tahu hantu anak kecil itu asalnya darimana ? “ tanya Tito menanggapi cerita Dika dan Dika pun hanya menggelengkan kepala. Lalu Dika berkata lagi “ kenapa akhir-akhir ini aku bisa melihat hantu seperti anak kecil itu to ? “ sambil matanya melihat kesekitar dengan tatapan kosong.“ sudahlah di, yang sabar aja, lama-lama juga kamu nanti terbiasa. Yang penting aku percaya sama kamu, yuk ah kita ke kelas lagi “ jawab Tito sambil menepuk bahu Dika untuk memberi semangat serta mengajaknya kembali ke kelas.
Disaat mereka berdua berjalan ke lorong sekolah tempat Dika melihat hantu anak kecil itu tadi waktu dihukum, Dika melihat sosok anak kecil itu lagi dan tersenyum ke arahnya, Dika pun berhenti sambil terus menatap anak kecil itu lalu bertanya kepada Tito “ To, kamu lihat gak di pojok tembok itu ada hantu yang ku ceritakan tadi “ sambil tangannya mengarah ke pojok tembok sebelah kiri mereka berdua. Lalu Tito pun mengikuti pandangan ke arah yang ditunjukkan Dika “ Mana di, aku tidak lihat apa-apa disana ? “ tanya Tito sambil matanya terus melihat apa yang Dika arahkan dengan telunjuknya. “ itu To, masa sich kamu tidak lihat ? itu disana di ujung tembok, mana dia senyum lagi sekarang “ ucap Dika terus meyakinkan Tito kalau hantu anak kecil itu memang ada. “ tidak ada siapa-siapa disana Di, bener kamu lihat hantunya ? aku jadi merinding nich yuk ah kita cepat-cepat ke kelas “ ajak Tito sambil menarik tangan Dika melewati lorong sekolah itu. Akhirnya Dika pun mengikuti Tito untuk melanjutkan berjalan melewati lorong sekolah itu menuju ke kelas dan ketika sudah semakin dekat melewati tempat hantu itu berdiri, hantu itu tersenyum dan pandangannya terus mengarah ke Dika. Dika pun mempercepat langkahnya agar cepat-cepat ke kelas tanpa melihat ke arah belakang.
Sesampainya di kelas Dika langsung duduk di bangkunya disusul oleh Tito, Dika pun mengatur nafas kembali agar menjadi tenang dan tak lama bel berbunyi tanda waktu pelajaran berikutnya akan dimulai sampai akhirnya waktupun tidak terasa waktunya Dika dan teman-teman untuk pulang karena pelajaran hari ini telah usai, lalu Dika dan Tito bersiap-siap untuk pulang. “ Di, mau bareng gak pulangnya ? “ tanya Tito menawarkan diri pulang sama-sama dibonceng Tito. “ duluan aja To, aku lagi ingin sendiri dulu sekarang “ jawab Dika menolak ajakan Tito “ bener nich kamu tidak akan kenapa-kenapa nanti sendiri begitu ? “ tanya Tito lagi dengan cemas “. “ iya tenang aja To, sudah kamu duluan aja pulang ya “ jawab Dika. “oke kalau begitu, aku duluan ya, sampai ketemu besok..assalamualaikum “ Tito pun pamit pulang duluan. Setelah melihat Tito semakin jauh dari pandangan, Dika berjalan kaki menuju kerumah yang tidak begitu jauh dari rumahnya sambil terus memikirkan kejadian yang dialaminya hari ini di sekolah dan bertanya-tanya perihal hantu anak kecil yang selalu menampakkan diri dan hanya dia yang bisa melihat keberadaan hantu itu. Wajah hantu anak kecil yang agak menyeramkan itu masih terbayang saja dalam pikiran Dika dan semakin membuat Dika penasaran.
Tidak butuh waktu beberapa jam saja akhirnya Dika sampai dirumah. Ketika ia melihat keadaan sekitar rumah terlihat sepi dan tidak ada tanda-tanda ibu Dika berada di rumah. Lalu Dika membuka pintu gerbang depan dan kemudian berjalan ke teras depan rumah. Tok...tok...tok... “ assalamualaikum, mah Dika pulang “ ucap Dika sambil mengetuk pintu. Akan tetapi tidak ada jawaban, sekali lagi Dika mengetuk pintu dan tetap tidak ada jawaban. Sampai ketiga kalinya Dika mengetuk pintu, dari tembok samping rumah muncul Ibu Ika tetangga sebelah berkata “ nak Dika, tadi ibu kamu sedang keluar. Ibu menitipkan konci rumah sama saya nih “ terlihat di tangan kanannya beberapa anak kunci rumah Dika. Lalu Dika menghampiri ibu itu dan menerima anak kunci sambil mengucapkan terima kasih. “ oya nak, kalau kamu belum makan, makan saja dahulu disini yah, tak usah sungkan-sungkan “ ujar Ibu Ika menawarkan. “ makasih bu atas perhatiannya, Kebetulan Dika masih kenyang “ tolak Dika secara halus.” Oh ya sudah kalau begitu ibu tinggal dahulu ya nak “ ucap Ibu Ika. “ iya bu, makasih ya bu kuncinya “ ucap Dika. Setelah mendapatkan kunci dari tetangga sebelah kemudian Dika segera membuka pintu dan masuk kedalam dan tidak lupa menutup kembali pintu depan. Kemudian Dika menuju ke kamar tidurnya untuk menyimpan tas dan mengganti baju seragam sekolah. Ketika Dika membuka pintu kamar tidur ternyata sosok anak kecil itu sudah berada tepat di hadapannya dengan senyum yang manis dan bola mata yang hanya terlihat putih. Tanpa pikir panjang lagi untuk memutuskan kabur dari kamar itu, tapi sewaktu Dika mencoba membalikkan badan dan berniat kabur, tubuhnya tiba-tiba tidak bisa digerakkan sedikitpun seperti terikat oleh sesuatu, hantu anak kecil itu semakin dekat menghampiri Dika dan Dikapun semakin gelisah berusaha melepaskan diri pergi kabur dari hantu itu.
“ ampun, tolong jangan sakiti saya...!!! “, hantu anak kecil itu tidak menghiraukan ucapan Dika dan terus semakin dekat menghampiri dengan wajahnya yang menyeramkan dan tubuh melayang. Semakin bergetar tubuh Dika ketika hantu anak kecil itu melayang kearah wajahnya dengan jari telunjuknya yang kecil diarahkan kewajah Dika, dan tak lama kemudian setelah itu keluar dari telunjuk jari hantu anak kecil itu cahaya yang menyilaukan mata dan Dika menutup mata tanpa berdaya lagi dengan apa yang akan dilakukan hantu anak kecil itu. Meskipun Dika sudah menutup mata tapi cahaya itu masih terlihat dari dalam kelopak matanya, dan suasana menjadi hening. Dika terdiam sesaat dan mencoba menerka-nerka apa yang sudah dilakukan oleh hantu anak kecil itu, perlahan Dika mulai membuka matanya dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat sekitarnya hanya berwarna putih dan ia mencoba menyesuaikan matanya untuk menerima cahaya putih dan menyilaukan itu. Sepanjang mata memandang hanya berwarna putih seperti di dalam ruang hampa udara dan terdengar sangat hening tanpa ada suara apapun, lalu Dika merasa amat sangat ketakutan     “ ya allah, apakah aku sudah mati ? “ ucapnya sambil bola matanya memandang ke segala arah untuk mencari tahu dimana dia berada sekarang dan apakah dirinya sudah mati, Dika tidak berani untuk melangkahkan kaki karena terlalu takut dan terasa kakinya lemas tidak dapat digerakkan. “ ayo kakak mari kesini, ada yang mau aku tunjukkan “ tiba-tiba terdengar suara anak kecil menggema entah darimana asal suara itu. Dika berusaha mencari asal suara itu dan menggerakkan kepalanya ke segala arah, akan tetapi tidak ada satupun sosok yang muncul, hanya terdengar suara saja. “ hello, siapapun kamu, dimana aku sekarang?apakah aku sudah mati ? “ teriak Dika menggema untuk mencari tahu dimana dia berada sekarang, tapi tidak ada jawaban. “ Helo, tolong jawab !!! “ teriak Dika kedua kalinya.
“hihihihi....hihihiiiii.....” terdengar suara tertawa anak kecil menggema disekeliling Dika. “ siapapun kamu tolong tunjukkan diri kamu dan mau kamu apa !!! “ tantang Dika karena merasa sudah dipermainkan dan tidak dijawab pertanyaannya yang pertama. Suara tertawa pun itu menghilang “ kakak, ikuti cahaya biru itu jika ingin tahu siapa aku “ terdengar suara anak kecil lagi disusul dengan munculnya titik kecil cahaya terang berwarna biru di depan ujung jalan. “ kamu mau menjebak aku bukan ? aku tidak takut siapapun kamu !! “ ucap Dika dengan kesal. “ sudah ka,cepat ikuti saja cahaya biru itu, percaya sama aku... “ suara anak kecil itu terdengar lagi. Ada muncul penasaran dalam diri Dika dengan suara misterius tanpa wujud itu, lalu ia memutuskan melangkah maju mengikuti cahaya biru, terlihat cahaya biru itu semakin lama semakin titiknya semakin luas dan membesar dan akhirnya Dika pun berlari menuju ke arah cahaya biru itu hingga titik kecil cahaya biru itu berubah menjadi cahaya yang menyilaukan. Kali ini Dika tidak menghiraukan cahaya itu menyilaukan karena ia berfikir mungkin itu jalan keluar dan semakin cepat Dika berlari menerobos cahaya biru itu.
Setelah Dika berhasil menerobos cahaya biru itu, ia sudah berada disebuah ruangan yang besar dan Dika semakin heran “ ini dimana lagi aku sekarang, semua benda-benda disini sangat kuno “ gumam Dika sibuk memperhatikan keadaan sekitar. Dika melihat pintu yang terbuka dan ia pun berjalan ke arah pintu itu, keadaan setelah keluar dari ruangan itu Dika melihat sosok anak kecil yang sedang duduk diatas kursi roda dengan boneka beruang kecil ditangannya. Dika lalu perlahan-lahan mendekati anak kecil itu agar lebih jelas, sampai ia di depan anak kecil itu Dika merasa sudah tidak asing lagi melihatnya “ ini khan hantu anak kecil yang selalu mengganggu aku selama ini, sedang apa dia di kursi roda, kok tidak berdiri dengan kaki melayang !!! “ gumam Dika heran dan keheranannya pun semakin bertambah ketika sosok anak kecil itu tidak merasakan dan melihat keberadaan Dika sedari tadi. Anak kecil itu asyik memainkan boneka beruang kecilnya, tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki dari bawah tangga yang tidak jauh dari anak kecil itu, Dika pun memutuskan untuk bersembunyi di pintu ruangan yang pertama kali Dika tiba. Sambil mengintip dari balik pintu ia seorang wanita cantik masih muda berpakaian pelayan jaman dahulu menghampiri anak kecil itu, wanita itu membawa nampan yang berisi mangkuk dan segelas susu. “ mungkin wanita itu pengasuh itu anak, wah enak banget ya sampai dilayani begitu, aku jadi iri “ gumam Dika sambil memperhatikan apa yang dilakukan pelayan itu selanjutnya. Dengan seksama Dika memperhatikan pelayan itu dari balik pintu, terlihat pelayan itu mulai memakaikan sesuatu ke leher anak kecil itu seperti handuk kecil dan kemudian mulai menyuapinya dengan penuh kasih sayang, tak lama kemudian pelayan itu memberikan gelas yang berisi susu kepada anak kecil itu hingga susu yang ada digelas itu habis. Lalu si pelayan wanita itu menggerak-gerakkan jari tangannya seperti memberi isyarat kepada anak kecil itu dan anak kecil itupun mengangguk sambil tersenyum dan membalas dengan menggerak-gerakan jari kecilnya memberikan isyarat, “ oh ternyata anak kecil itu bisu dan tuli sampai-sampai si pelayan wanita itu memberikan bahasa isyarat “ pikir Dika sambil tidak lepas bola matanya memperhatikan mereka berdua.               
Tak lama kemudian pelayan wanita itu meninggalkan anak kecil itu sendirian dan pergi menuruni tangga. Dika pun akhirnya duduk dahulu untuk beristirahat menyender daun pintu karena kakinya sudah merasa pegal sedari tadi mengintip anak kecil itu. Lalu Dika melihat sekeliling dengan takjub karena melihat ruangan seperti kamar tidur yang luas sekali dengan barang-barang yang antik dan menyimpulkan kalau saat ini ia sedang berada di waktu jaman dahulu, berbagai pertanyaan terus menghantui Dika. Lalu terdengar suara jeritan pelan dan Dika pun kembali mengintip apa yang terjadi dengan anak kecil itu, terlihat anak kecil itu sedang panik dan merasa kesulitan untuk mengambil boneka beruang kecil kesayangannya yang terjatuh entah dari kapan jatuhnya. Melihat anak kecil sedang dalam kesulitan seperti itu akhirnya Dika memberanikan diri hendak membantu mengambilkan boneka beruang kecil yang sudah terjatuh dilantai tak jauh dari tangga menuju ke lantai bawah, akan tetapi  ketika Dika melangkahkan kaki menghampiri anak kecil itu tiba-tiba saja anak kecil itu terjatuh ke depan tangga dan disusul kursi rodanya yang menimpa anak kecil itu hingga badan mungilnya terhimpit kursi roda yang lebih besar dari tubuh anak kecil itu. Darahpun bercucuran keluar dari mulut dan hidung anak kecil itu disusul teriakan histeris yang ternyata berasal dari pelayan wanita tadi dan seorang wanita belanda yang langsung memeluk erat jasad mungil anak kecil itu sambil menangis histeris. Belum sempat Dika tidak percaya apa yang sudah dilihatnya tiba-tiba tubuhnya seperti tertarik mundur ke belakang dan saat ini Dika sudah berada di pemakaman.
“ ini dimana lagi, banyak orang berbaju hitam dan wanita Belanda tadi menangisi sebuah peti mati, apa jangan-jangan anak kecil itu mati ? “ tanya Dika dengan penasaran. Lalu Dika berjalan diantara pelayat-pelayat dan tidak ada yang melihat dan merasakan keberadaan Dika ketika itu dan mendekati sebuah peti mati. Terlihat tubuh mungil anak kecil itu sudah terbujur kaku dengan tangan ka/nan memeluk boneka beruang kecil kesayangannya. “ maafkan kakak, andai saja tadi kakak menolong kamu, pasti kamu masih hidup “ sesal Dika sambil berurai airmata. Tak lama kemudian Dika meninggalkan pemakaman itu dengan tertunduk sedih dan merasa amat sangat bersalah tidak dapat menolong anak kecil itu. Setelah agak jauh dari pemakaman itu, Dika kembali melihat kebelakang dan alangkah terkejutnya apa yang dilihat, ternyata disebelah kiri pojok pemakaman terlihat sosok makhluk berjubah sangat lebar berwarna hitam kelam yang pernah dilihatnya. Sosok itu seperti menunggu sesuatu dan terlihat titik bewarna merah di balik tudung jubahnya yang lebar mengarah ke arah rombongan peziarah makam anak kecil itu. Dika memutuskan menunggu apa yang akan dilakukan oleh makhluk itu dari jauh, tapi tiba-tiba tubuhnya seperti ditarik lagi ke belakang dan sekarang Dika sudah duduk tempat tidur kamarnya dengan hantu anak kecil disamping kiri Dika yang terlihat tersenyum manis dan wajah yang tidak menyeramkan lagi. Lalu tangan kecilnya memegang lengan Dika dan terdengar suara anak kecil yang seperti menggema ke sekeliling kamar, sehingga membuat Dika mencari-cari asal suara itu karena hantu anak kecil itu tidak terlihat mulutnya bergerak-gerak seperti selayaknya manusia berbicara. “ kakak, ini aku yang bicara “ ucap suara misterius itu, kepala Dika terus saja mencari-cari asal suara itu dan tangan mungil hantu anak kecil itu digerak-gerakkan sehingga terasa oleh Dika dan menoleh kepadanya dengan heran dan berkata “ kamu bukan yang bicara denganku ? “, hantu anak kecil itu pun menganggukkan kepala dan terdengar suara misterius itu “ iya ka, aku yang bicara sama kakak sekarang lewat telepati “, “ dengan memegang lengan kakak, aku bisa berkomunikasi seperti ini meskipun aku bisu “ lanjutnya dengan tersenyum manis.
Tanpa sadar kepala Dika hanya menganggukkan kepala entah mengerti apa yang hantu anak kecil itu katakan atau masih bengong dan masih bingung dengan yang sudah terjadi tadi apakah hanya mimpi ataukah kenyataan. “ kakaaaaaaa, kok jadi bengong begituuuuu “ ucap hantu anak kecil itu mengagetkan Dika yang sedari tadi hanya bengong terdiam. “ eh, maaf aku hanya masih bingung dengan semua ini, lagipula aku belum tahu nama kamu siapa ? “ tanya Dika sambil menatap wajah hantu anak kecil itu. “ oh iya aku lupa belum perkenalkan diri sama kakak, namaku Sheryl Albert “ ucap hantu anak kecil itu memperkenalkan diri pada Dika. “ ooohhh jadi nama kamu Sheryl, cantik sekali namanya “ ucap Dika dengan tersenyum tanpa merasa takut lagi. Sheryl pun membalas senyuman Dika dan berkata “ terima kasih ka “. “ emmmmm, sebenarnya banyak sekali yang aku mau tanyakan sama Sheriyl “ tanya Dika ragu-ragu. Sheryl pun membalas “ just ask me, don’t worry okay “, ternyata sheryl belum begitu fasih menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik, tapi untungnya Dika termasuk anak yang pintar di kelasnya untuk pelajaran Bahasa Inggris jadi tidak ada kesulitan Dika untuk mengerti yang Sheryl ucapkan. “ tapi kamu bisa mengerti apa yang aku ucapkan ? “ tanya Dika. Sheryl pun menganggukan kepala. “ oke aku mau tanyakan beberapa hal ma kamu Sheryl,  yang pertama kenapa kamu bisa menyentuh lenganku padahal kamu ini kan hantu dan bukannya hantu itu tidak bisa bersentuhan dengan manusia dan lagipula kita juga beda alam khan ?, yang kedua kenapa kamu bisa berkomunikasi sama aku padahal aku perhatikan tadi mulutmu tidak bergerak sama sekali seperti yang berbicara ? dan yang ketiga apa tujuan kamu terus mengikuti saya selama ini ? “. Dengan tersenyum Sheryl menanggapi pertanyaan Dika itu sambil berkata “ coba pegang dahi kakak sekarang “ ucap Sheryl. “ memangapa yang kamu lakukan tadi sama kakak “ tanya Dika dengan nada kaget dan panik. “ sudahlah kak ikuti saja “. dengan perasaan masih bingung akhirnya Dika mengikuti apa yang Sheryl katakan dan memegang dahinya. “ apa ini didahiku, terasa keras seperti batu ? “ gumam Dika dalam hati sambil meraba-raba keningnya “ bentuknya seperti prisma “ gumam Dika lagi sambil terus meraba-raba benda misterius yang ada di dahinya. “ itu namanya kristal pengendali ka, inti energi kekuatan kakak dan aku “ ucap Sheryl sambil memperlihatkan batu kristal berwarna biru didahinya sama seperti Dika. “ lho kok tadi batu kristal itu tidak ada didahinya “ gumam Dika semakin bingung. “ batu kristal kakak sekarang berwarna putih dan akan berubah warnanya nanti ka seperti aku “ jawab Sheryl seperti tahu apa yang dipikirkan Dika. “ lho kamu kok bisa tahu apa yang aku pikirkan dan bicarakan dalam hati ? “ tanya Dika. “ ya iyalaaaah i know what it’s inside your mind “ “ wow, hebat sekali kamu ternyata “ puji Dika. Lalu Sheryl terlihat tersipu-sipu malu dipuji oleh Dika seperti itu. “ oh ya sheryl, kok kening kakak sama kening kamu keluar kristal seperti ini, memang ini fungsinya untuk apa saja ? “ lalu sheryl hanya berkata “ nanti juga kakak tahu sendiri semuanya, yang pasti kakak juga sudah tahu salah satu fungsi kristal di kening kita ini agar kita bisa saling berkomunikasi “. Mendengar Sheryl tidak mau menjelaskan semuanya, Dika berkata “ ya sudahlah kalau kamu tidak mau mengatakan yang sebenarnya, asal adanya kristal ini tidak membahayakan hidupku saja nantinya “. “ oya kembali kepertanyaan kakak yang ketiga, ada tujuan apa kamu terus membuntuti aku selama ini ? “ tanya Dika kembali mengingatkan pertanyaan yang ingin Dika ketahui kepadanya. Mendengar pertanyaan Dika itu lalu Sheryl terlihat menundukkan kepala dan raut wajah sedih sambil berkata “ itulah kakak masalahnya. Ada makhluk seperti aku, tapi dia sangat jahat dan menyeramkan terus mengejar aku. Entah apa yang dia mau dari aku, aku sangat takut ka, tolong aku !! “ ucap sheryl sambil menatap Dika dengan mata berkaca-kaca memohon kepada Dika.
“ kenapa harus kakak ? kenapa juga kamu sangat yakin kalau kakak bisa membantumu, kakak tidak bisa apa-apa dan tidak punya kemampuan seperti kamu “ jawab Dika dengan cemas ingin tahu mengapa hantu anak kecil itu bisa begitu yakin. “ awal bertemu dengan kakak sewaktu kakak di sebuah lapangan luas dan ada orang banyak disana, aku melihat aura tubuh kakak berbeda dengan orang-orang sekitar kakak waktu itu dan aku melihat di sekitar kening kakak terpancar cahaya putih seperti sudah ada kristal didalam diri kakak yang belum mengeluarkan kekuatannya. Oleh sebab itu aku tadi arahkan telunjuk kewajah kakak dan ternyata kristal dalam dahi kakak bereaksi dengan kekuatanku, jadi aku sangat yakin kakak bisa melindungi aku dan melawan makhluk jahat itu “ ucap Sheryl dengan mata berkaca-kaca dan kedua tangan kecilnya semakin kencang menggenggam lengan Dika terus memohon. Lalu Dika diam sejenak lalu berkata “ oke kakak akan bantu, tapi apa yang harus kakak lakukan untuk melawan makhluk itu “. “apakah makhluk itu berwarna hitam kelam dan seperti memakai jubah yang sangat panjang dengan cahaya merah terang di bagian dalam tudungnya yang hitam kan ? “ tanya Dika kepada Sheryl untuk memastikan apa yang Dika pernah lihat makhluk itu sebelumnya. Sheryl pun terlihat terkejut mendengar perkataan Dika tadi, melihat Sheryl terkejut seperti itu Dika Pun kembali bertanya “ kok kamu kaget mendengar tentang ciri-ciri makhluk yang kakak sebutkan tadi ? “. Sheryl pun bertanya “ kakak liat makhluk itu kapan ? “, Dika pun menjawab “ kalau tidak salah beberapa hari yang lalu, memang kenapa kamu tanyakan itu ? “ “ gawat ka !! “ teriak Sheryl sambil tangan mungilnya memegang kedua pipinya. “ gawat kenapa sheryl ? “ tanya Dika semakin penasaran. “ makhluk itu tahu juga kalau kakak memiliki kekuatan seperti aku, dia akan mengambil energi dan kekuatan kita berdua sampai habis dan kakak akan mati !!! “ pekik Sheryl semakin gelisah. “ hahahahah......kamu ada-ada saja Sheryl, mana ada hantu bisa bunuh manusia seperti kakak “ ucap Dika sambil tertawa karena apa yang dikatakan Sheryl itu terlalu berlebihan dan tidak mempercayai apa yang Sheryl jelaskan. “ accchhhhhhh.....aku serius kakaaaaaa...aku tidak bercanda !! “ jawab Sheryl dengan nada kesal setelah melihat Dika menganggapnya ia hanya bercanda. Melihat Sheryl terlihat kesal begitu lalu Dika mengelus-elus rambut Sheryl dan berkata “ maaf...maaf Sheryl tadi kakak ketawa, habis tidak masuk akal saja apa yang kamu bilang tadi “. “ dengar ya kakak jeleeeeek....kristal di dahi kakak saat ini itu jangan anggap sepele, kakak sudah bagian dari makhluk seperti aku meskipun jasad kakak masih manusia tapi setengah jiwa kakak sudah seperti aku dan kakak lihat saja sekarang, aku bisa menyentuh kakak kan, pastinya makhluk itu pun bisa melukai kakak “. Dika menjadi terdiam mendengar ucapan Sheryl tadi dan berkata “ kalau memang yang kamu katakan itu benar, kakak harus bagaimana ? “ tanya Dika dengan cemas. “ tadi kakak kelihatan anggap sepele apa yang aku katakan, kenapa sekarang kakak jadi takut seperti itu “ ejek Sheryl sambil memicingkan matanya dengan sinis ke arah Dika. “ kakak bukan takut Sheryl, kakak hanya kaget dan bingung saja “ ucap Dika tanpa mau terlihat oleh Sheryl kalau Dika sebenarnya takut dan cemas. “ bener nih kakak tidak takut “ sambil memicingkan matanya ke arah Dika mengejek. Merasa Sheryl terus mengejek dan Dika merasa malu kalau terlihat ketakutan akhirnya Dika menjawab “ ya sudah kakak akan lawan makhluk itu, paling ditiup juga dia terbang “ mendengar ucapan Dika itu Sheryl tertawa dan Dika pun ikut tertawa. “ kakak tidak tahu bagaimana cara melawan mahkluk itu Sheryl ? “tanya Dika kembali, lalu Sheryl hanya menjawab “ just trust your heart and your imagination “. Mendengar kata “ imajinasi” Dika tidak mengerti apa maksud yang dikatakan hantu anak kecil itu, imajinasi seperti apa yang dimaksud Sheryl, itu yang ada dalam pikiran Dika dan Sheryl hanya tersenyum sambil kemudian beranjak bangun dari duduknya dan sebelum pergi meninggalkan Dika, Sheryl berkata “aku pergi dulu ya ka, maafkan aku kalau selama ini aku membuat kakak ketakutan tapi aku sangat berharap kakak dapat menolongku untuk menjauhi aku dari makhluk jahat itu“. “ kamu mau kemana lagi Sheryl ? sudah disini saja tinggal dengan kakak, tak usah kamu pergi kemana-mana lagi “. Sheryl hanya tertunduk dan menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata “ aku takut adanya aku disini terus, kakak merasa terganggu. Aku lebih baik pergi dahulu dan nanti aku akan kembali ka, tenang saja “. Dika beranjak berdiri dari tempat tidurnya, lalu mengusap-usap rambut Sheryl dan berkata “ sudah kamu disini saja temani kakak, anggap rumah ini rumahmu sendiri dan kakak akan melindungimu Sheryl, kakak akan anggap kamu seperti adik kandungku sendiri“. Sheryl pun mengangkat wajahnya ke arah Dika lalu memeluk erat Dika sambil berkata “terima kasih banyak ka sudah mau menolong dan melindungi aku“ dan akhirnya semenjak itu Sheryl pun tinggal dirumah Dika tanpa khawatir terus dikejar-kejar oleh makhluk berjubah hitam itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar