Pada suatu hari di sore yang cerah di sebuah lapangan luas, terdengar
suara hiruk pikuk orang-orang yang menjagokan pemain yang sedang bertanding
sepakbola. Pertandingan Sepakbola ini adalah puncak dari acara yang diadakan
panitia RW.002 untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI yang Ke 60. Tak terasa
pertandingan sudah mencapai babak kedua, terlihat para pemain beristirahat
untuk mengumpulkan kembali tenaga dan mengatur strategi dahulu di tepi lapangan
dengan masing-masing pelatih dan timnya. Akhirnya wasit pun meniupkan peluit
tanda pertandingan kedua sudah dimulai dan para pemain berlari menuju ke tengah
lapangan dan pertandingan pun dimulai. Tidak jauh dari kerumunan orang-orang
yang melihat pertandingan sepakbola itu, sesosok pemuda ikut menyaksikan
pertandingan itu dengan antusias. Sedari pertama pertandingan sepakbola itu dimulai
pemuda itu berada disana. Pemuda itu adalah Dika, anak sekolah SMU swasta di
yang saat ini sudah menduduki tingkat kelas XI. Dika adalah anak dari keluarga
yang sederhana tetapi bahagia, sehari-harinya dia merupakan anak yang baik dan
menurut kepada kedua orang tuanya. Teman-temannya pun menyenangi dika, karena
dia anak yang supel, mudah bergaul dan berteman dengan siapapun. Tak terlihat
jika Dika memiliki kemampuan yang istimewa dibandingkan dengan anak-anak
seumurannya. Padahal setiap hari dia selalu melihat makhluk-makhluk halus yang
hanya dia sendiri yang melihat, merasakan dan berkumunikasi langsung dengan
mereka. Dia tidak menyadari sesosok hantu perempuan kecil berdiri disampingnya.
Dika tidak menyadari keberadaan hantu kecil itu karena pandangannya
tertuju pada pertandingan sepakbola yang sudah semakin memanas. Hantu kecil itu
lalu menarik-narik baju Dika terus menerus tanpa Dika hiraukan, sampai akhirnya
tarikan hantu kecil itu semakin di perkuat dan Dika baru merasakan jika bajunya
di tarik-tarik oleh seseorang dan ia pun menoleh ke samping kanan bawah.
Terlihat sesosok anak kecil berambut pirang emas dengan model rambut kepang
disebelah kanan dan kiri. Tangan kecilnya menarik-narik baju Dika dan tangan
yang satunya lagi memegang boneka beruang kecil yang sudah lusuh dan tidak
terurus, awalnya Dika menyangka anak kecil itu adalah anak biasa yang
kehilangan ibunya dan tersesat. Lalu Dika mencoba mencari ke kanan dan ke kiri
untuk mencari ibunya anak kecil ini, mungkin saja ada di kerumunan orang-orang
yang sedang menonton pertandingan dan tidak menyadari anaknya sudah lepas dari
pengawasannya.
Akan tetapi sedari tadi mata Dika tidak berhenti menelaah kerumunan
orang-orang itu dan tidak ada yang terlihat gelisah kehilangan anak dan tidak
terlihat jg wajah orang tua yang mirip dengan anak kecil ini yang memiliki
kulit yang putih dan berambut pirang seperti anak orang asing. “heeeeem, koq
gak ada ibu-ibu yang mirip dengan anak ini yaa... “ gumam Dika. Akhirnya Dika
memtuskan untuk bertanya kepada anak kecil itu “ hello, adek kesini dengan
siapa? “ tanya Dika. Anak kecil itu hanya terdiam mematung tanpa menjawab
pertanyaan. Belum terlihat ada reaksi dari anak itu, lalu Dikapun bertanya lagi
“adek tinggal dimana?ibu kamu yang mana de,koq dari tadi kakak gak ketemu ma
ibu adek ya? “ tanya Dika lagi. Akan tetapi si anak kecil itu tetap mematung
dan tidak menjawab pertanyaan. Akhirnya Dika pun semakin penasaran dengan anak
itu dan ketika ia mau bertanya lagi, tiba-tiba dari kejauhan terlihat pemuda
seumuran Dika menghampiri Dika dengan motor besarnya. “ heiiiiiii, dah lama dik
disni ? “ tanya pemuda itu. Dika menjawab “ aku dah lama disini koq gung, kamu
dari mana ? ”, lalu mereka berdua larut dalam obrolan yang semakin menarik
hingga Dika tidak sadar telah mengacuhkan anak kecil itu. Akhirnya Agung,
pemuda yang menghampiri Dika itu pamit pergi menghilang dari pandangan Dika.
Ketika Dika baru menyadari sedari tadi
telah mengacuhkan anak kecil tadi disampingnya, ternyata anak kecil itu
sudah tidak ada disampingnya. Dan Dika pun berusaha mencari disekitar akan
tetapi yang terlihat hanyalah kerumunan orang-orang yang menonton pertandingan
bola dan tidak nampak sosok anak kecil yang sangat berbeda penampilannya
seperti orang-orang jaman dahulu.
Akhirnya Dika pun memutuskan untuk kembali kerumah karena waktupun sudah
semakin petang, dengan berjalan kaki Dika menuju kerumah dengan perasaan
bingung dan penasaran. Dika masih memikirkan anak kecil yang ditemuinya tadi,
darimana asal anak kecil itu,dan mengapa pakaiannya seperti orang-orang jaman
dahulu dan berkulit seperti orang asing. Berbagai pertanyaan terus
berputar-putar di kepala Dika hingga tak terasa telah sampai dirumahnya.
Lalu Dika mengucapkan salam dan membukakan pintu, “Assalamu’alaikum, mah
Dika pulang” ucapnya, terdengar ibunya Dika menjawab, “Waalaikum Salam, dari
mana saja ? “ tanya ibu Dika.sambil menghampirinya, Dika pun mencium tangan
ibunya dan menjawab “ Dika tadi lihat pertandingan sepakbola di lapangan mah,
ada acara tujuhbelasan “, lalu ibunya Dika berkata “ oh begitu, ya sudah cepat
mandi dan shalat maghrib dahulu baru makan, mamah sudah siapkan masakan
kesukaan kamu tuh di meja makan “. Mendengar ibunya sudah memasak masakan
kesukaannya lalu Dika pun dengan perasaan senang “ wah, mamah masak apa hari
ini ? “ tanya dika. Ibunya Dika pun menjawab “ hari ini mamah masak opor ayam
kesukaanmu Dika “. “woooow, asyiiiik opor ayam...makasih ya maaaah ! “ teriak
Dika dengan senang ibunya memasak masakan kesukaannya. Dengan bergegas Dika
mengambil handuk yang berada di rak handuk samping teras depan ruamhnya dan
kemudian mandi. Ketika Dika baru selesai keluar kamar mandi terdengar suara
azan maghrib berkumandang dari speaker masjid yang tidak jauh dari rumahnya dan
Dika pun bergegas mengeringkan badan dikamarnya dan menggunakan pakaian,
setelah itu ia memakai sarung dan peci untuk melaksanakan shalat maghrib
berjamaah di masjid. Tak lama setelah selesai melaksanakan shalat maghrib
berjamaah, lalu Dika pun bergegas pulang kerumahnya yang tidak jauh dari
masjid. Ketika Dika berjalan menuju rumahnya, ada sesuatu yang menarik
perhatiannya, dia melihat sesosok yang berdiri diatas atap rumahnya dan seperti
memperhatikan Dika.
Dika akhirnya berhenti sejenak dan kepalanya mengarah keatas tempat sosok
itu berdiri sambil terus memperhatikan dengan lebih seksama “ hah, koq kayak
ada yang berdiri diatas atap rumah gitu ? “ gumam Dika sambil pandangannya
terus mengarah ke sosok itu. Sayangnya ketika itu hari sudah malam sehingga
Dika tidak dapat melihat dengan jelas sosok itu apakah manusia atau makhluk
asing. Dika hanya melihat sosok itu seperti memakai kain yang sangat panjang
yang hitam pekat dan terlihat tidak bergerak sama sekali ketika Dika
memperhatikan sosok misterius itu. Dika pun hanya diam mematung menunggu apakah
sosok misterius itu hanyalah halusinasi saja atau memang itu adalah benar
makhluk asing, lalu tiba-tiba Dika melihat pada sosok misterius itu cahaya
kemerah-merahan dan bergerak melesat begitu cepat menghilang dari pandangan
Dika. “ astagfirullah, apa itu ? “ teriak Dika kaget melihat sosok itu melesat
dengan cepat dari pandangan. Dengan perasaan takut Dika lalu bergegas lari masuk
ke rumah dan ketika di dalam rumah Dika langsung masuk ke dalam kamar dengan
membanting pintu. Melihat gelagat Dika yang aneh itu lalu ibunya Dika
menghampiri Dika, akan tetapi ayahnya menahan ibu untuk menghampiri Dika dan
berkata “ biar bapak saja yang hampiri Dika, ibu tenang saja ya “. Lalu ayah
Dikapun berjalan menuju kamar Dika dan mengetuk pintu kamar, tok...tok...tok...
“ Dika, kamu baik-baik saja di dalam ? ayah boleh masuk ? “ tanya ayah Dika
cemas, tapi tidak ada jawaban dari Dika, sekali lagi ayah Dika mengetuk pintu,
tok...tok...tok... “ Dika, kamu tidak apa-apa ? “ tanya ayahnya dengan cemas.
Dan Dika pun menjawab panggilan ayahnya dari dalam kamar sambil membukakan
pintu“ Dika tidak apa-apa ayah “ dan Dika kembali ketempat tidurnya dengan
diikuti oleh ayahnya. Ayah Dika duduk disamping tempat tidur Dika dan bertanya
“ kenapa tadi kamu berlari ke kamar sambil membanting pintu seperti itu, tahu
tidak bapak dan ibu sampai kaget “, “maafkan Dika sudah membuat ayah dan ibu
kaget“ jawab Dika dengan kepala tertunduk takut dimarahi oleh ayahnya.
“sebenarnya Dika tadi habis melihat sesuatu yang menyeramkan yah diatas rumah
kita, makanya Dika langsung lari masuk ke dalam rumah “ lanjut Dika dengan
suara lirih dan masih ketakutan. Melihat anaknya ketakutan seperti itu akhirnya
ayahnya Dika memeluk dan mengusap-usap lembut rambutnya untuk menenangkan dan
berkata “ sudah-sudah kamu tenang yach ada ayah sekarang “, setelah agak tenang
Dika melepaskan pelukan ayahnya dan sambil tertunduk Dika bertanya “ apa ayah
percaya kalau Dika cerita ? “ lalu ayahnya menganggukkan kepala sambil
tersenyum. “ baiklah pak, Dika tadi khan shalat di mushola, nah pas mau pulang
Dika tiba-tiba melihat sesuatu diatas genting rumah kita “ lanjut Dika dengan
ragu kemudian menunggu reaksi dari ayahnya. “terus memang tadi kamu melihat
sesuatu itu seperti apa ?” tanya ayah Dika.
“ Dika melihat sosok makhluk hitam kelam dan sempat samar-samar melihat
cahaya merah menyala entah itu matanya atau apalah yang pasti Dika seperti di
perhatikan olehnya dan tiba-tiba saja makhluk itu melesat terbang dan cepat
sekali menghilang, Dika kira itu kuntilanak dan langsung lari ketakutan masuk
kedalam rumah “ ucap Dika dengan ekspresi serius dan berkaca-kaca. Lalu ayah
Dika menanggapi ceritanya itu dengan tersenym dan sambil mengusap kepalanya
ayah Dika berkata “ itu mungkin hanya halusinasi kamu saja, makanya kamu jangan
terlalu kecapean ya “. Ibunya Dika masuk ke dalam kamar dan menghampiri ayah
Dika dan Dika, lalu sambil duduk disamping ayah Dika ibunya Dika bertanya
kepada ayah Dika “ yah, kenapa ma anak kita ? “. “ ini bu, kata Dika tadi baru
saja melihat hantu diluar rumah “ jawab ayah Dika. “ walah Dika, ibu kira kamu
kenapa toh sampai kamu sudah buat ibu sama ayah kaget takut kamu kenapa-kenapa
“ ibu berkata sambil menggeleng-gelengkan kepala. Akhirnya ayah Dika berusaha
menenangkan Dika “ ya sudah, kamu tak usah pikirkan itu. Mungkin kamu kecapean
jadi kamu berhalusinasi begitu. Sekarang sudah malam, kamu sebaiknya tidur
besok khan harus bangun pagi berangkat kesekolah “. Dengan mengangguk pelan
akhirnya menuruti perintah ayahnya dan setelah dicium kening oleh ibunya,
akhirnya mereka berdua beranjak pergi meninggalkan Dika untuk beristirahat.
Setelah kedua orang tua pergi, Dika pun beranjak bangun dari tempat tidur untuk
mematikan lampu kamar, ketika lampu kamar sudah dimatikan dan ia berbalik untuk
kembali ketempat tidurnya, tiba-tiba diatas tempat tidurnya terlihat sosok anak
perempuan yang duduk membelakangi Dika sambil memainkan sebuah boneka beruang
besar. Boneka beruang besar itu Dika miliki sewaktu ia kecil dan karena Dika
semakin dewasa akhirnya boneka itu ia taruh di dalam lemari baju cukup besar
tepat berada disamping tempat tidurnya dan tidak pernah ia mainkan lagi. Tapi
sekarang boneka beruang besar itu ada dihadapannya dengan sosok anak perempuan
yang Dika merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Dika hanya berdiri terdiam
ketika sosok anak perempuan itu dihadapannya dan bertanya-tanya darimana
datangnya anak perempuan itu padahal pintu kamar tertutup dan jendela kamar pun
terkunci rapat. Rasa ketakutan akhirnya muncul lagi dalam diri Dika “ haduh ini
apa lagi, tadi saja sudah buatku ketakutan setengah mati ini ada lagi makhluk
lain. Kalau aku cerita sama ayah dan ibu pasti mereka anggap aku berhalusinasi
lagi “ gumam Dika. Akhirnya Dika mencoba menenangkan diri sambil memejamkan
mata “ mungkin ayah benar, aku cuma berhalusinasi saja. Dengan ku tenangkan
diri sambil menutup mataku sebentar makhluk ini hilang “ pikir Dika. Dengan
teratur Dika bernafas sambil memejamkan mata untuk menenangkan diri sejenak.
Ketika Dika membuka mata kembali ternyata makhluk itu masih ada di depannya, “
ya Allah, ini makhluk masih ada !!! “ ujar Dika dengan nada gemetar dan semakin
ketakutan. Setelah cukup lama terdiam akhirnya Dika menghirup nafas dalam-dalam
serta mengeluarkannya dan kemudian memberanikan diri menghampiri makhluk
misterius itu. Dengan perlahan-lahan Dika menghampirinya “ ka..ka..kaamu
si..sii...siaappaaa ? “ tanya Dika gugup. Tapi makhluk itu asyik memainkan
boneka beruang besar dan tidak menggubris pertanyaan Dika. Karena tidak ada
jawaban, lalu Dika mulai semakin berani bertanya lagi pada makhluk itu “ kamu
siapa?masuk lewat mana kamu tadi ? ”, tapi anak misterius itu tetap tidak
menjawab malah dia tertawa cekikikan menggema ke sekeliling ruangan kamar
sambil terus memainkan boneka beruang besar.
Tiba-tiba anak kecil misterius itu terdiam dan kepalanya tertunduk, lalu
kepalanya bergerak memutar ke belakang
menghadap ke Dika tanpa tubuh mengikuti kepalanya. Melihat itu Dika terdiam
dengan wajah kaget, terlihat anak kecil misteris itu tidak memiliki bola mata
dan terlihat hanya putihnya saja dan dengan garis bibir menunjukkan anak kecil
itu tersenyum, akan tetapi garis senyumnya semakin lama semakin melebar hingga
sejajar telinga dan disaat itu juga anak kecil misterius itu membukakan
mulutnya yang amat lebar sehingga terlihat dari luar tulang rahang anak kecil
itu dengan giginya yang putih dan kulit mulut yang hampir robek kesamping,
melihat itu Dikapun hanya membelalak mata saking kagetnya dan kemudian tak lama
ia tak sadarkan diri hingga esok harinya.
Perlahan-lahan Dika membukakan mata dan melihat lampu diatas
langit-langit kamarnya dan ia melihat ke sekeliling arah, ternyata ia sudah
berada di tempat tidur, “ Apakah semalam itu hanyalah mimpi buruk ? “ gumam
Dika masih mencoba mengingat-ingat kejadian mengerikan yang semalam. Dika lalu
mencoba untuk bangun dari tempat tidur dan melihat ke arah jam dinding yang
tepat di depannya. Jam menunjukkan pukul 5 pagi, “ masih terlalu pagi aku
bangun “ pikirnya sambil bangkit dari tempat tidurnya dan kemudian menuju ke
kamar mandi untuk shalat shubuh dan bersiap-siap berangkat sekolah. Ketika
menuju ke kamar mandi Dika berpapasan dengan ibunya yang kebetulan sedang
menyiapkan sarapan untuk Dika dan ayahnya, “ Tumben kamu sudah bangun pagi ? “
tanya ibunya dengan heran. Dika hanya menggaruk-garuk kepala dan tersipu malu.
Maklumlah selama ini Dika selalu susah dibangunkan dan ibunya harus dengan
susah payah membangunkan Dika. Setelah selesai mandi lalu Dika mendekati meja
makan untuk bersama-sama sarapan dengan ayahnya yang sedari tadi menunggu Dika
sambil membaca koran pagi. Melihat anaknya bangun pagi seperti itu ayahnya
menatap wajah Dika sambil tersenyum serta melihat kearah jam dinding yang tidak
jauh dari tempat duduk ayah Dika dan berkata “ Tumben nak bangun pagi, ada
angin apa ? “ goda ayahnya. Merasa disindir ayahnya Dika menjawab dengan
singkat “ Semalam Dika mimpi buruk yah “ sambil duduk di kursi. Lalu ayahnya
Dika berkata “ makanya baca doa dulu sebelum tidur nak “. Dika pun hanya
menjawab “ iya yah “ dan kemudian Dika mengambil nasi dan lauk pauk yang sudah
ibunya siapkan dari pagi. Melihat anaknya makan lalu ayah Dika kemudian
mengambil nasi dan lauk pauk untuk menemani Dika sarapan.
Setelah selesai sarapan, mereka berdua pamit kepada ibu Dika. Dika
mencium tangan ibunya dan ibunya mencium tangan ayah Dika akhirnya mereka
berangkat bersama-sama dengan mobil. Selama diperjalanan Dika terlihat murung
dan kepalanya melihat terus ke jendela sambil terdiam, melihat tingkah laku
anaknya yang agak berbeda itu ayah Dika pun bertanya “ memang tadi mimpi buruk
apa nak ? “ dan Dika menjawab “ sudahlah yah,Dika ceritapun ayah tidak akan
percaya “ sambil pandangannya tetap ke arah jendela mobil. Mendengar perkataan
Dika lalu ayahnya hanya tersenyum dan memaklumi kelakuan anaknya yang sedang
kesal itu. Pagi itu keadaan jalan raya sedang padat dan akhirnya mereka berdua
harus sabar mengantri sampai akhirnya merekapun tiba di sekolah. Dika pun
mencium tangan ayahnya dan sebelum Dika membukakan pintu mobil ayahnya berkata
“ yang semangat ya nak belajarnya, jangan terlalu pikirkan mimpi buruk yang
semalam “ Dika hanya menganggukkan kepala dan membuka pintu mobil. Ayah Dika
lalu melanjutkan perjalanan menuju kantor.
Setelah mobil ayah Dika semakin jauh dari pandangan, teman Dika yang bernama Tito memanggil Dika
dari jauh untuk mengajaknya masuk dan ternyata Tito sudah duluan tiba di
sekolah. “ Dik, kamu sudah belum kerjakan PR matematika minggu kemarin ? “
tanya Tito sambil mereka berdua berjalan menuju kelas mereka. Dika pun berhenti
sejenak sambil menepuk jidat “ astagfirullah, ya ampun aku lupa gak kerjain PR
nya To !!! “ lalu Tito pun berkata menakuti “ wah, siap-siap dah kamu dihukum
keluar kelas sama Bu Rina, tahu sendiri khan itu guru galaknya minta ampun “,
dengan panik Dika berkata “ yaaaa terus bagaimana ini, keburu tidak ya aku
kerjakan sekarang PR nya, pinjam donk To please..... “ dan Tito pun menjawab “
ya sudah kalau memang keburu sich kerjakan aja ka “. Dika pun lalu cepat-cepat
duduk di bangkunya disusul Tito dan Tito pun meminjamkan buku PR nya ke Dika.
Mereka berdua sahabat sudah lama sejak mereka kelas X dan mereka berdua saling
membantu jika ada salah satu kesulitan. Dika langsung duduk dan segera
mnelepaskan tas gandongnya serta membuka seleting tas untuk mengambil buku
matematikanya, akan tetapi Dika pun terkejut ketika ingin mengambil buku tugas
matematikanya ternyata tidak ada. “ ya allah bukunya ketinggalan di rumah,
bagaimana ini To “ dengan nada lemas dan ketakutan. Lalu Tito pun terlihat
panik dan kasihan melihat Dika serta menawarkan diri membantu Dika “ bagaimana
kalau kita pulang kerumah kamu dulu buat ambil buku matematikanya, aku bawa
motor koq, mumpung masih ada waktu nich belum bel ? “ lalu Dika berkata dengan
pasrah “ sudahlah To, percuma balik lagi kerumah, dijalan juga tadi macet
banget,bisa-bisa kita terlambat masuk ke kelas, biar saja aku di hukum sama Bu
Rina “. Mendengar Dika menyerah begitu dan bersikeras akhirnya Tito pun hanya
mengangkat bahu sambil berkata “ ya sudah kalau memang kamu siap dihukum keluar
kelas nanti, aku sich hanya membantu “ dan Dika menjawab “ ya To, tidak apa-apa
aku dihukum nanti toh ini salah aku khan “.
Tak lama kemudian bel sekolah pun berbunyi nyaring tanda pelajaran akan
segera dimulai dan kemudian teman-teman Dika yang lain sudah mulai masuk ke
kelas dan menyiapkan buku pelajaran jam pertama yaitu pelajaran matematika.
Melihat teman-temannya termasuk Tito sahabatnya semua membawa Buku Matematika,
Dika hanya tertunduk lesu dan siap-siap untuk dimarahi oleh Bu Rina dan
menerima hukuman. Pintu kelas terlihat dibuka dari luar dan muncul sosok
perempuan berkacamata setengah baya dengan membawa beberapa buku di tangan
kanannya sambil menatap tajam ke arah murid-muridnya termasuk Dika. Perempuan
itu adalah Ibu Rina guru kelas XI yang terkenal galak mengajar matematika, akan
tetapi meskupun Bu Rina mengajar dengan disiplin dan ketat seperti itu tidak
sedikit alumni anak didik yang pernah ia ajar menjadi orang-orang yang sukses.
Lalu Bu Rina berjalan menuju ke meja guru untuk meletakkan buku-buku yang ada
ditangannya. Kemudian tanpa banyak basa basi ia berkata “ kumpulkan tugas yang minggu
kemarin Ibu suruh sama kalian !!! “. Akhirnya semua anak-anak dikelas
mengumpulkan buku PR Matematika terkecuali Dika yang hanya tertunduk malu dan
takut di bangkunya. Melihat hanya Dika yang tidak mengumpulkan buku PR lalu Ibu
Rina mendekati Dika dan berkata “ ibu perhatikan dari tadi hanya kamu yang
tidak mengumpulkan buku PR, jangan bilang kalau kamu lupa membawa bukunya ? “,
lalu dengan gugup dan kepala tertunduk Dika berkata “ emm...emmm...anuuu
bu....bukunya tertinggal dirumah “, mendengar ucapan Dika itu Bu Rina pun marah
dan berkata dengan nada tinggi “ alaah banyak alasan kamu, ibu paling tidak
suka murid yang pemalas, kamu keluar dari kelas dan berdiri disamping kelas ini
dengan satu kaki sampai pelajaran ibu selesai !!! “ melihat Dika dimarahi
seperti itu Tito merasa kasihan dan bersalah tidak bisa membantunya dan
teman-teman Dika yang lain ada yang menertawakannya. Dengan gontai sambil
tertunduk akhirnya menuruti perintah Bu Rina untuk menerima hukuman.
“ sial sekali hari ini, aku sampai lupa mengerjakan PR dan membawa buku
Matematika.... “ ucap Dika sambil berdiri dengan 1 kaki. Suasana di luar kelas
sepi sekali dan hanya ada Dika seorang yang dihukum seperti itu, terdengar dari
luar Bu Rina mulai memberikan materi pelajaran. Dika lalu melihat keadaan
sekitar dan berharap anak-anak kelas lain tidak ada yang keluar dan melihat
Dika dihukum seperti itu, bisa-bisa ia sangat malu. Beberapa menit berlalu
dihukum berdiri dengan 1 kaki, Dikapun merasa kakinya pegal dan menurunkan
sebentar untuk meredakan pegalnya. Tiba-tiba samar-samar ia mendengar suara
tertawa anak kecil dan suaranya berasal dari ujung lorong jalan, Dika pun
terkejut dan kemudian dengan seksama suara itu untuk memastikan kalau ia tidak
salah tadi mendengar suara tertawa anak kecil, akan tetapi suara itu tidak ada
lagi dan hanya suara gurunya di dalam sedang mengajar. Dengan penasaran tanpa
ia sadari dan lupa sedang dihukum, Dika pun berjalan perlahan-lahan menyusuri
lorong jalan kelas sampai ke ujung sambil memasang telinga kalau-kalau suara
misterius itu terdengar lagi.
Ketika Dika berjalan setengah lorong jalan itu dari ujung lorong melintas
sosok anak kecil yang semalam ia jumpai dengan wajah yang mengerikan. Spontan
saja Dika langsung berlari ketakutan dan berusaha mengetuk-ngetuk keras pintu
kelas untuk diijinkan masuk dengan tidak memperdulikan ia akan dimarahi lagi
oleh Ibu Rina. Mendengar pintu kelas diketuk-ketuk kelas oleh Dika lalu Ibu
Rina pun membukakan pintu dan berniat untuk memarahinya, akan tetapi ketika
pintu dibuka, Dika sontak saja langsung masuk ke dalam kelas tanpa
memperdulikan lagi Bu Rina dan kemudian duduk di bangkunya dengan
terengah-engah. melihat perilaku Dika yang lancang seperti itu lalu Ibu Rina
menjadi naik pitam menghampiri Dika dan memarahinya “ Dikaaaaaa....kamu memang
anak tak tahu diri...! sudah tahu kamu ibu hukum diluar tapi kamu malah buat
ulah seperti ini....kamu mengetuk-ngetuk keras pintu kelas dan langsung berlari
seperti habis melihat hantu saja...sudah kamu keluar dari kelas...jangan
membantah !!! “, dengan berlutut Dika memohon pada Bu Rina “ ampuuuunn
ibuuu....Dika mohon jangan suruh diluar lagi, tadi ada hantu bu di ujung
lorong...beneran buuu....” mendengar Dika seperti itu teman-teman dikelasnya
langsung tertawa sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Lalu Ibu Rina menghentak-hentakkan
penghapus papan tulis ke mejanya untuk menenangkan kembali anak-anak didiknya.
Setelah suasana menjadi tenang lalu Ibu Rina melihat kalau Dika terlihat amat
sangat ketakutan dan akhirnya mengijinkan masuk kembali ke kelas dan mengganti
hukuman untuk Dika menjadi memberikan tugas untuk mengerjakan soal materi yang
tadi sudah diajarkan kepada murid-muridnya ketika Dika berada diluar kelas. Dan
akhirnya bel pun berbunyi tanda jam pelajaran pertama telah selesai. Melihat
perilaku Dika yang aneh itu lalu Tito bertanya kepada Dika “Di, tadi kenapa
kaya yang liat hantu gitu ? “, lalu Dika menjawab “ emang aku liat hantu to,
sudah beberapa hari ini banyak hal-hal aneh yang ku alami dan ketemu ma
mahkluk-makhluk aneh yang tiba-tiba muncul, gimana gak buat shock. Mana gak da
yang percaya lagi dan kebanyakan pada bilang aku berhalusinasi“. “ memangnya
kamu liat apa sich di ? jadi penasaran “ lanjut Tito membalas cerita Dika. Lalu
Dika menjawab “ udahlah To, kamu juga paling sama kaya orang-orang anggap aku
hanya berhalusinasi “. “ bagaimana nanti pulang sekolah kamu cerita sama aku
ya, tenang saja ku percaya koq ma kamu “ balas Tito menenangkan Dika. Mendengar
ucapan Tito sahabatnya itu Dika pun menganggukan kepala sambil berkata “
makasih ya To, kamu emang sahabatku yang paling baik “ dan Tito pun menjawab
dengan santai “ tenang aja bro, itulah gunanya sahabat “.
Tak terasa bel berbunyi kembali tanda waktu istrahat lalu Dika dengan
teman-temannya berhamburan keluar kelas menuju kantin, Dika pun menceritakan
dari awal kepada Tito kejadian aneh yang beberapa hari ini dialaminya dan Tito
pun mendengarkan dengan seksama sambil mereka berdua berjalan menuju ke kantin
untuk membeli minuman ringan dan makanan kecil. Setelah mendapatkan makanan dan
minuman ringan ditangan akhirnya mereka berdua duduk di meja kantin yang sudah
tersedia. “ terus kamu tahu hantu anak kecil itu asalnya darimana ? “ tanya
Tito menanggapi cerita Dika dan Dika pun hanya menggelengkan kepala. Lalu Dika
berkata lagi “ kenapa akhir-akhir ini aku bisa melihat hantu seperti anak kecil
itu to ? “ sambil matanya melihat kesekitar dengan tatapan kosong.“ sudahlah
di, yang sabar aja, lama-lama juga kamu nanti terbiasa. Yang penting aku
percaya sama kamu, yuk ah kita ke kelas lagi “ jawab Tito sambil menepuk bahu
Dika untuk memberi semangat serta mengajaknya kembali ke kelas.
Disaat mereka berdua berjalan ke lorong sekolah tempat Dika melihat hantu
anak kecil itu tadi waktu dihukum, Dika melihat sosok anak kecil itu lagi dan
tersenyum ke arahnya, Dika pun berhenti sambil terus menatap anak kecil itu
lalu bertanya kepada Tito “ To, kamu lihat gak di pojok tembok itu ada hantu
yang ku ceritakan tadi “ sambil tangannya mengarah ke pojok tembok sebelah kiri
mereka berdua. Lalu Tito pun mengikuti pandangan ke arah yang ditunjukkan Dika
“ Mana di, aku tidak lihat apa-apa disana ? “ tanya Tito sambil matanya terus
melihat apa yang Dika arahkan dengan telunjuknya. “ itu To, masa sich kamu
tidak lihat ? itu disana di ujung tembok, mana dia senyum lagi sekarang “ ucap Dika
terus meyakinkan Tito kalau hantu anak kecil itu memang ada. “ tidak ada
siapa-siapa disana Di, bener kamu lihat hantunya ? aku jadi merinding nich yuk
ah kita cepat-cepat ke kelas “ ajak Tito sambil menarik tangan Dika melewati
lorong sekolah itu. Akhirnya Dika pun mengikuti Tito untuk melanjutkan berjalan
melewati lorong sekolah itu menuju ke kelas dan ketika sudah semakin dekat
melewati tempat hantu itu berdiri, hantu itu tersenyum dan pandangannya terus
mengarah ke Dika. Dika pun mempercepat langkahnya agar cepat-cepat ke kelas
tanpa melihat ke arah belakang.
Sesampainya di kelas Dika langsung duduk di bangkunya disusul oleh Tito,
Dika pun mengatur nafas kembali agar menjadi tenang dan tak lama bel berbunyi
tanda waktu pelajaran berikutnya akan dimulai sampai akhirnya waktupun tidak
terasa waktunya Dika dan teman-teman untuk pulang karena pelajaran hari ini
telah usai, lalu Dika dan Tito bersiap-siap untuk pulang. “ Di, mau bareng gak
pulangnya ? “ tanya Tito menawarkan diri pulang sama-sama dibonceng Tito. “
duluan aja To, aku lagi ingin sendiri dulu sekarang “ jawab Dika menolak ajakan
Tito “ bener nich kamu tidak akan kenapa-kenapa nanti sendiri begitu ? “ tanya
Tito lagi dengan cemas “. “ iya tenang aja To, sudah kamu duluan aja pulang ya
“ jawab Dika. “oke kalau begitu, aku duluan ya, sampai ketemu
besok..assalamualaikum “ Tito pun pamit pulang duluan. Setelah melihat Tito
semakin jauh dari pandangan, Dika berjalan kaki menuju kerumah yang tidak
begitu jauh dari rumahnya sambil terus memikirkan kejadian yang dialaminya hari
ini di sekolah dan bertanya-tanya perihal hantu anak kecil yang selalu
menampakkan diri dan hanya dia yang bisa melihat keberadaan hantu itu. Wajah
hantu anak kecil yang agak menyeramkan itu masih terbayang saja dalam pikiran Dika
dan semakin membuat Dika penasaran.
Tidak butuh waktu beberapa jam saja akhirnya Dika sampai dirumah. Ketika
ia melihat keadaan sekitar rumah terlihat sepi dan tidak ada tanda-tanda ibu
Dika berada di rumah. Lalu Dika membuka pintu gerbang depan dan kemudian
berjalan ke teras depan rumah. Tok...tok...tok... “ assalamualaikum, mah Dika
pulang “ ucap Dika sambil mengetuk pintu. Akan tetapi tidak ada jawaban, sekali
lagi Dika mengetuk pintu dan tetap tidak ada jawaban. Sampai ketiga kalinya
Dika mengetuk pintu, dari tembok samping rumah muncul Ibu Ika tetangga sebelah
berkata “ nak Dika, tadi ibu kamu sedang keluar. Ibu menitipkan konci rumah
sama saya nih “ terlihat di tangan kanannya beberapa anak kunci rumah Dika.
Lalu Dika menghampiri ibu itu dan menerima anak kunci sambil mengucapkan terima
kasih. “ oya nak, kalau kamu belum makan, makan saja dahulu disini yah, tak
usah sungkan-sungkan “ ujar Ibu Ika menawarkan. “ makasih bu atas perhatiannya,
Kebetulan Dika masih kenyang “ tolak Dika secara halus.” Oh ya sudah kalau
begitu ibu tinggal dahulu ya nak “ ucap Ibu Ika. “ iya bu, makasih ya bu
kuncinya “ ucap Dika. Setelah mendapatkan kunci dari tetangga sebelah kemudian
Dika segera membuka pintu dan masuk kedalam dan tidak lupa menutup kembali
pintu depan. Kemudian Dika menuju ke kamar tidurnya untuk menyimpan tas dan
mengganti baju seragam sekolah. Ketika Dika membuka pintu kamar tidur ternyata
sosok anak kecil itu sudah berada tepat di hadapannya dengan senyum yang manis
dan bola mata yang hanya terlihat putih. Tanpa pikir panjang lagi untuk
memutuskan kabur dari kamar itu, tapi sewaktu Dika mencoba membalikkan badan
dan berniat kabur, tubuhnya tiba-tiba tidak bisa digerakkan sedikitpun seperti
terikat oleh sesuatu, hantu anak kecil itu semakin dekat menghampiri Dika dan
Dikapun semakin gelisah berusaha melepaskan diri pergi kabur dari hantu itu.
“ ampun, tolong jangan sakiti saya...!!! “, hantu anak kecil itu tidak
menghiraukan ucapan Dika dan terus semakin dekat menghampiri dengan wajahnya
yang menyeramkan dan tubuh melayang. Semakin bergetar tubuh Dika ketika hantu
anak kecil itu melayang kearah wajahnya dengan jari telunjuknya yang kecil
diarahkan kewajah Dika, dan tak lama kemudian setelah itu keluar dari telunjuk
jari hantu anak kecil itu cahaya yang menyilaukan mata dan Dika menutup mata tanpa
berdaya lagi dengan apa yang akan dilakukan hantu anak kecil itu. Meskipun Dika
sudah menutup mata tapi cahaya itu masih terlihat dari dalam kelopak matanya,
dan suasana menjadi hening. Dika terdiam sesaat dan mencoba menerka-nerka apa
yang sudah dilakukan oleh hantu anak kecil itu, perlahan Dika mulai membuka
matanya dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat sekitarnya hanya berwarna
putih dan ia mencoba menyesuaikan matanya untuk menerima cahaya putih dan menyilaukan
itu. Sepanjang mata memandang hanya berwarna putih seperti di dalam ruang hampa
udara dan terdengar sangat hening tanpa ada suara apapun, lalu Dika merasa amat
sangat ketakutan “ ya allah, apakah
aku sudah mati ? “ ucapnya sambil bola matanya memandang ke segala arah untuk
mencari tahu dimana dia berada sekarang dan apakah dirinya sudah mati, Dika
tidak berani untuk melangkahkan kaki karena terlalu takut dan terasa kakinya
lemas tidak dapat digerakkan. “ ayo kakak mari kesini, ada yang mau aku tunjukkan
“ tiba-tiba terdengar suara anak kecil menggema entah darimana asal suara itu.
Dika berusaha mencari asal suara itu dan menggerakkan kepalanya ke segala arah,
akan tetapi tidak ada satupun sosok yang muncul, hanya terdengar suara saja. “
hello, siapapun kamu, dimana aku sekarang?apakah aku sudah mati ? “ teriak Dika
menggema untuk mencari tahu dimana dia berada sekarang, tapi tidak ada jawaban.
“ Helo, tolong jawab !!! “ teriak Dika kedua kalinya.
“hihihihi....hihihiiiii.....” terdengar suara tertawa anak kecil menggema
disekeliling Dika. “ siapapun kamu tolong tunjukkan diri kamu dan mau kamu apa
!!! “ tantang Dika karena merasa sudah dipermainkan dan tidak dijawab
pertanyaannya yang pertama. Suara tertawa pun itu menghilang “ kakak, ikuti
cahaya biru itu jika ingin tahu siapa aku “ terdengar suara anak kecil lagi
disusul dengan munculnya titik kecil cahaya terang berwarna biru di depan ujung
jalan. “ kamu mau menjebak aku bukan ? aku tidak takut siapapun kamu !! “ ucap
Dika dengan kesal. “ sudah ka,cepat ikuti saja cahaya biru itu, percaya sama
aku... “ suara anak kecil itu terdengar lagi. Ada muncul penasaran dalam diri
Dika dengan suara misterius tanpa wujud itu, lalu ia memutuskan melangkah maju
mengikuti cahaya biru, terlihat cahaya biru itu semakin lama semakin titiknya
semakin luas dan membesar dan akhirnya Dika pun berlari menuju ke arah cahaya
biru itu hingga titik kecil cahaya biru itu berubah menjadi cahaya yang
menyilaukan. Kali ini Dika tidak menghiraukan cahaya itu menyilaukan karena ia berfikir
mungkin itu jalan keluar dan semakin cepat Dika berlari menerobos cahaya biru
itu.
Setelah Dika berhasil menerobos cahaya biru itu, ia sudah berada disebuah
ruangan yang besar dan Dika semakin heran “ ini dimana lagi aku sekarang, semua
benda-benda disini sangat kuno “ gumam Dika sibuk memperhatikan keadaan
sekitar. Dika melihat pintu yang terbuka dan ia pun berjalan ke arah pintu itu,
keadaan setelah keluar dari ruangan itu Dika melihat sosok anak kecil yang
sedang duduk diatas kursi roda dengan boneka beruang kecil ditangannya. Dika
lalu perlahan-lahan mendekati anak kecil itu agar lebih jelas, sampai ia di
depan anak kecil itu Dika merasa sudah tidak asing lagi melihatnya “ ini khan
hantu anak kecil yang selalu mengganggu aku selama ini, sedang apa dia di kursi
roda, kok tidak berdiri dengan kaki melayang !!! “ gumam Dika heran dan
keheranannya pun semakin bertambah ketika sosok anak kecil itu tidak merasakan
dan melihat keberadaan Dika sedari tadi. Anak kecil itu asyik memainkan boneka
beruang kecilnya, tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki dari bawah
tangga yang tidak jauh dari anak kecil itu, Dika pun memutuskan untuk
bersembunyi di pintu ruangan yang pertama kali Dika tiba. Sambil mengintip dari
balik pintu ia seorang wanita cantik masih muda berpakaian pelayan jaman dahulu
menghampiri anak kecil itu, wanita itu membawa nampan yang berisi mangkuk dan
segelas susu. “ mungkin wanita itu pengasuh itu anak, wah enak banget ya sampai
dilayani begitu, aku jadi iri “ gumam Dika sambil memperhatikan apa yang
dilakukan pelayan itu selanjutnya. Dengan seksama Dika memperhatikan pelayan
itu dari balik pintu, terlihat pelayan itu mulai memakaikan sesuatu ke leher
anak kecil itu seperti handuk kecil dan kemudian mulai menyuapinya dengan penuh
kasih sayang, tak lama kemudian pelayan itu memberikan gelas yang berisi susu
kepada anak kecil itu hingga susu yang ada digelas itu habis. Lalu si pelayan
wanita itu menggerak-gerakkan jari tangannya seperti memberi isyarat kepada
anak kecil itu dan anak kecil itupun mengangguk sambil tersenyum dan membalas
dengan menggerak-gerakan jari kecilnya memberikan isyarat, “ oh ternyata anak
kecil itu bisu dan tuli sampai-sampai si pelayan wanita itu memberikan bahasa
isyarat “ pikir Dika sambil tidak lepas bola matanya memperhatikan mereka
berdua.
Tak lama kemudian pelayan wanita itu meninggalkan anak kecil itu
sendirian dan pergi menuruni tangga. Dika pun akhirnya duduk dahulu untuk
beristirahat menyender daun pintu karena kakinya sudah merasa pegal sedari tadi
mengintip anak kecil itu. Lalu Dika melihat sekeliling dengan takjub karena
melihat ruangan seperti kamar tidur yang luas sekali dengan barang-barang yang
antik dan menyimpulkan kalau saat ini ia sedang berada di waktu jaman dahulu,
berbagai pertanyaan terus menghantui Dika. Lalu terdengar suara jeritan pelan
dan Dika pun kembali mengintip apa yang terjadi dengan anak kecil itu, terlihat
anak kecil itu sedang panik dan merasa kesulitan untuk mengambil boneka beruang
kecil kesayangannya yang terjatuh entah dari kapan jatuhnya. Melihat anak kecil
sedang dalam kesulitan seperti itu akhirnya Dika memberanikan diri hendak
membantu mengambilkan boneka beruang kecil yang sudah terjatuh dilantai tak
jauh dari tangga menuju ke lantai bawah, akan tetapi ketika Dika melangkahkan kaki menghampiri
anak kecil itu tiba-tiba saja anak kecil itu terjatuh ke depan tangga dan
disusul kursi rodanya yang menimpa anak kecil itu hingga badan mungilnya
terhimpit kursi roda yang lebih besar dari tubuh anak kecil itu. Darahpun
bercucuran keluar dari mulut dan hidung anak kecil itu disusul teriakan
histeris yang ternyata berasal dari pelayan wanita tadi dan seorang wanita
belanda yang langsung memeluk erat jasad mungil anak kecil itu sambil menangis
histeris. Belum sempat Dika tidak percaya apa yang sudah dilihatnya tiba-tiba
tubuhnya seperti tertarik mundur ke belakang dan saat ini Dika sudah berada di
pemakaman.
“ ini dimana lagi, banyak orang berbaju hitam dan wanita Belanda tadi
menangisi sebuah peti mati, apa jangan-jangan anak kecil itu mati ? “ tanya
Dika dengan penasaran. Lalu Dika berjalan diantara pelayat-pelayat dan tidak
ada yang melihat dan merasakan keberadaan Dika ketika itu dan mendekati sebuah
peti mati. Terlihat tubuh mungil anak kecil itu sudah terbujur kaku dengan
tangan ka/nan memeluk boneka beruang kecil kesayangannya. “ maafkan kakak,
andai saja tadi kakak menolong kamu, pasti kamu masih hidup “ sesal Dika sambil
berurai airmata. Tak lama kemudian Dika meninggalkan pemakaman itu dengan
tertunduk sedih dan merasa amat sangat bersalah tidak dapat menolong anak kecil
itu. Setelah agak jauh dari pemakaman itu, Dika kembali melihat kebelakang dan
alangkah terkejutnya apa yang dilihat, ternyata disebelah kiri pojok pemakaman
terlihat sosok makhluk berjubah sangat lebar berwarna hitam kelam yang pernah
dilihatnya. Sosok itu seperti menunggu sesuatu dan terlihat titik bewarna merah
di balik tudung jubahnya yang lebar mengarah ke arah rombongan peziarah makam
anak kecil itu. Dika memutuskan menunggu apa yang akan dilakukan oleh makhluk
itu dari jauh, tapi tiba-tiba tubuhnya seperti ditarik lagi ke belakang dan
sekarang Dika sudah duduk tempat tidur kamarnya dengan hantu anak kecil
disamping kiri Dika yang terlihat tersenyum manis dan wajah yang tidak
menyeramkan lagi. Lalu tangan kecilnya memegang lengan Dika dan terdengar suara
anak kecil yang seperti menggema ke sekeliling kamar, sehingga membuat Dika
mencari-cari asal suara itu karena hantu anak kecil itu tidak terlihat mulutnya
bergerak-gerak seperti selayaknya manusia berbicara. “ kakak, ini aku yang
bicara “ ucap suara misterius itu, kepala Dika terus saja mencari-cari asal
suara itu dan tangan mungil hantu anak kecil itu digerak-gerakkan sehingga
terasa oleh Dika dan menoleh kepadanya dengan heran dan berkata “ kamu bukan
yang bicara denganku ? “, hantu anak kecil itu pun menganggukkan kepala dan
terdengar suara misterius itu “ iya ka, aku yang bicara sama kakak sekarang
lewat telepati “, “ dengan memegang lengan kakak, aku bisa berkomunikasi
seperti ini meskipun aku bisu “ lanjutnya dengan tersenyum manis.
Tanpa sadar kepala Dika hanya menganggukkan kepala entah mengerti apa
yang hantu anak kecil itu katakan atau masih bengong dan masih bingung dengan
yang sudah terjadi tadi apakah hanya mimpi ataukah kenyataan. “ kakaaaaaaa, kok
jadi bengong begituuuuu “ ucap hantu anak kecil itu mengagetkan Dika yang
sedari tadi hanya bengong terdiam. “ eh, maaf aku hanya masih bingung dengan
semua ini, lagipula aku belum tahu nama kamu siapa ? “ tanya Dika sambil
menatap wajah hantu anak kecil itu. “ oh iya aku lupa belum perkenalkan diri
sama kakak, namaku Sheryl Albert “ ucap hantu anak kecil itu memperkenalkan
diri pada Dika. “ ooohhh jadi nama kamu Sheryl, cantik sekali namanya “ ucap
Dika dengan tersenyum tanpa merasa takut lagi. Sheryl pun membalas senyuman
Dika dan berkata “ terima kasih ka “. “ emmmmm, sebenarnya banyak sekali yang
aku mau tanyakan sama Sheriyl “ tanya Dika ragu-ragu. Sheryl pun membalas “
just ask me, don’t worry okay “, ternyata sheryl belum begitu fasih menggunakan
Bahasa Indonesia dengan baik, tapi untungnya Dika termasuk anak yang pintar di
kelasnya untuk pelajaran Bahasa Inggris jadi tidak ada kesulitan Dika untuk
mengerti yang Sheryl ucapkan. “ tapi kamu bisa mengerti apa yang aku ucapkan ?
“ tanya Dika. Sheryl pun menganggukan kepala. “ oke aku mau tanyakan beberapa
hal ma kamu Sheryl, yang pertama kenapa
kamu bisa menyentuh lenganku padahal kamu ini kan hantu dan bukannya hantu itu
tidak bisa bersentuhan dengan manusia dan lagipula kita juga beda alam khan ?,
yang kedua kenapa kamu bisa berkomunikasi sama aku padahal aku perhatikan tadi
mulutmu tidak bergerak sama sekali seperti yang berbicara ? dan yang ketiga apa
tujuan kamu terus mengikuti saya selama ini ? “. Dengan tersenyum Sheryl
menanggapi pertanyaan Dika itu sambil berkata “ coba pegang dahi kakak sekarang
“ ucap Sheryl. “ memangapa yang kamu lakukan tadi sama kakak “ tanya Dika
dengan nada kaget dan panik. “ sudahlah kak ikuti saja “. dengan perasaan masih
bingung akhirnya Dika mengikuti apa yang Sheryl katakan dan memegang dahinya. “
apa ini didahiku, terasa keras seperti batu ? “ gumam Dika dalam hati sambil
meraba-raba keningnya “ bentuknya seperti prisma “ gumam Dika lagi sambil terus
meraba-raba benda misterius yang ada di dahinya. “ itu namanya kristal
pengendali ka, inti energi kekuatan kakak dan aku “ ucap Sheryl sambil
memperlihatkan batu kristal berwarna biru didahinya sama seperti Dika. “ lho
kok tadi batu kristal itu tidak ada didahinya “ gumam Dika semakin bingung. “
batu kristal kakak sekarang berwarna putih dan akan berubah warnanya nanti ka
seperti aku “ jawab Sheryl seperti tahu apa yang dipikirkan Dika. “ lho kamu
kok bisa tahu apa yang aku pikirkan dan bicarakan dalam hati ? “ tanya Dika. “
ya iyalaaaah i know what it’s inside your mind “ “ wow, hebat sekali kamu
ternyata “ puji Dika. Lalu Sheryl terlihat tersipu-sipu malu dipuji oleh Dika
seperti itu. “ oh ya sheryl, kok kening kakak sama kening kamu keluar kristal
seperti ini, memang ini fungsinya untuk apa saja ? “ lalu sheryl hanya berkata
“ nanti juga kakak tahu sendiri semuanya, yang pasti kakak juga sudah tahu
salah satu fungsi kristal di kening kita ini agar kita bisa saling
berkomunikasi “. Mendengar Sheryl tidak mau menjelaskan semuanya, Dika berkata
“ ya sudahlah kalau kamu tidak mau mengatakan yang sebenarnya, asal adanya
kristal ini tidak membahayakan hidupku saja nantinya “. “ oya kembali
kepertanyaan kakak yang ketiga, ada tujuan apa kamu terus membuntuti aku selama
ini ? “ tanya Dika kembali mengingatkan pertanyaan yang ingin Dika ketahui
kepadanya. Mendengar pertanyaan Dika itu lalu Sheryl terlihat menundukkan
kepala dan raut wajah sedih sambil berkata “ itulah kakak masalahnya. Ada
makhluk seperti aku, tapi dia sangat jahat dan menyeramkan terus mengejar aku.
Entah apa yang dia mau dari aku, aku sangat takut ka, tolong aku !! “ ucap
sheryl sambil menatap Dika dengan mata berkaca-kaca memohon kepada Dika.
“ kenapa harus kakak ? kenapa juga kamu sangat yakin kalau kakak bisa
membantumu, kakak tidak bisa apa-apa dan tidak punya kemampuan seperti kamu “
jawab Dika dengan cemas ingin tahu mengapa hantu anak kecil itu bisa begitu
yakin. “ awal bertemu dengan kakak sewaktu kakak di sebuah lapangan luas dan
ada orang banyak disana, aku melihat aura tubuh kakak berbeda dengan
orang-orang sekitar kakak waktu itu dan aku melihat di sekitar kening kakak
terpancar cahaya putih seperti sudah ada kristal didalam diri kakak yang belum
mengeluarkan kekuatannya. Oleh sebab itu aku tadi arahkan telunjuk kewajah
kakak dan ternyata kristal dalam dahi kakak bereaksi dengan kekuatanku, jadi
aku sangat yakin kakak bisa melindungi aku dan melawan makhluk jahat itu “ ucap
Sheryl dengan mata berkaca-kaca dan kedua tangan kecilnya semakin kencang
menggenggam lengan Dika terus memohon. Lalu Dika diam sejenak lalu berkata “
oke kakak akan bantu, tapi apa yang harus kakak lakukan untuk melawan makhluk
itu “. “apakah makhluk itu berwarna hitam kelam dan seperti memakai jubah yang
sangat panjang dengan cahaya merah terang di bagian dalam tudungnya yang hitam
kan ? “ tanya Dika kepada Sheryl untuk memastikan apa yang Dika pernah lihat
makhluk itu sebelumnya. Sheryl pun terlihat terkejut mendengar perkataan Dika
tadi, melihat Sheryl terkejut seperti itu Dika Pun kembali bertanya “ kok kamu
kaget mendengar tentang ciri-ciri makhluk yang kakak sebutkan tadi ? “. Sheryl
pun bertanya “ kakak liat makhluk itu kapan ? “, Dika pun menjawab “ kalau
tidak salah beberapa hari yang lalu, memang kenapa kamu tanyakan itu ? “ “
gawat ka !! “ teriak Sheryl sambil tangan mungilnya memegang kedua pipinya. “
gawat kenapa sheryl ? “ tanya Dika semakin penasaran. “ makhluk itu tahu juga
kalau kakak memiliki kekuatan seperti aku, dia akan mengambil energi dan
kekuatan kita berdua sampai habis dan kakak akan mati !!! “ pekik Sheryl
semakin gelisah. “ hahahahah......kamu ada-ada saja Sheryl, mana ada hantu bisa
bunuh manusia seperti kakak “ ucap Dika sambil tertawa karena apa yang
dikatakan Sheryl itu terlalu berlebihan dan tidak mempercayai apa yang Sheryl
jelaskan. “ accchhhhhhh.....aku serius kakaaaaaa...aku tidak bercanda !! “
jawab Sheryl dengan nada kesal setelah melihat Dika menganggapnya ia hanya
bercanda. Melihat Sheryl terlihat kesal begitu lalu Dika mengelus-elus rambut
Sheryl dan berkata “ maaf...maaf Sheryl tadi kakak ketawa, habis tidak masuk
akal saja apa yang kamu bilang tadi “. “ dengar ya kakak jeleeeeek....kristal
di dahi kakak saat ini itu jangan anggap sepele, kakak sudah bagian dari
makhluk seperti aku meskipun jasad kakak masih manusia tapi setengah jiwa kakak
sudah seperti aku dan kakak lihat saja sekarang, aku bisa menyentuh kakak kan,
pastinya makhluk itu pun bisa melukai kakak “. Dika menjadi terdiam mendengar
ucapan Sheryl tadi dan berkata “ kalau memang yang kamu katakan itu benar,
kakak harus bagaimana ? “ tanya Dika dengan cemas. “ tadi kakak kelihatan
anggap sepele apa yang aku katakan, kenapa sekarang kakak jadi takut seperti
itu “ ejek Sheryl sambil memicingkan matanya dengan sinis ke arah Dika. “ kakak
bukan takut Sheryl, kakak hanya kaget dan bingung saja “ ucap Dika tanpa mau
terlihat oleh Sheryl kalau Dika sebenarnya takut dan cemas. “ bener nih kakak
tidak takut “ sambil memicingkan matanya ke arah Dika mengejek. Merasa Sheryl
terus mengejek dan Dika merasa malu kalau terlihat ketakutan akhirnya Dika
menjawab “ ya sudah kakak akan lawan makhluk itu, paling ditiup juga dia
terbang “ mendengar ucapan Dika itu Sheryl tertawa dan Dika pun ikut tertawa. “
kakak tidak tahu bagaimana cara melawan mahkluk itu Sheryl ? “tanya Dika
kembali, lalu Sheryl hanya menjawab “ just trust your heart and your
imagination “. Mendengar kata “ imajinasi” Dika tidak mengerti apa maksud yang
dikatakan hantu anak kecil itu, imajinasi seperti apa yang dimaksud Sheryl, itu
yang ada dalam pikiran Dika dan Sheryl hanya tersenyum sambil kemudian beranjak
bangun dari duduknya dan sebelum pergi meninggalkan Dika, Sheryl berkata “aku
pergi dulu ya ka, maafkan aku kalau selama ini aku membuat kakak ketakutan tapi
aku sangat berharap kakak dapat menolongku untuk menjauhi aku dari makhluk
jahat itu“. “ kamu mau kemana lagi Sheryl ? sudah disini saja tinggal dengan
kakak, tak usah kamu pergi kemana-mana lagi “. Sheryl hanya tertunduk dan
menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata “ aku takut adanya aku disini terus,
kakak merasa terganggu. Aku lebih baik pergi dahulu dan nanti aku akan kembali
ka, tenang saja “. Dika beranjak berdiri dari tempat tidurnya, lalu
mengusap-usap rambut Sheryl dan berkata “ sudah kamu disini saja temani kakak,
anggap rumah ini rumahmu sendiri dan kakak akan melindungimu Sheryl, kakak akan
anggap kamu seperti adik kandungku sendiri“. Sheryl pun mengangkat wajahnya ke
arah Dika lalu memeluk erat Dika sambil berkata “terima kasih banyak ka sudah mau
menolong dan melindungi aku“ dan akhirnya semenjak itu Sheryl pun tinggal
dirumah Dika tanpa khawatir terus dikejar-kejar oleh makhluk berjubah hitam
itu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar